Keluarga kecilku

“Orang yang imannya paling sempurna diantara kaum mukminin adalah orang yang paling bagus akhlaknya di antara mereka, dan sebaik-baik kalian adalah yang terbaik akhlaknya terhadap istri-istrinya”.

Akal yang sehat berada pada badan yang sehat

"Orang mukmin yang kuat lebih baik dan disukai oleh Allah daripada orang mukmin yang lemah." (Hadis Riwayat Muslim)

Bahagia itu simpel, kalau dapat berbagi dan ngumpul bersama

Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik kepada keluarganya. Karena hal tersebut merupakan standar tertinggi dan ukuran dari seimbangannya kebaikan dalam hati dan amal-amal kita.

Belahan jiwaku

Seorang ibu adalah madrasah bagi para putranya, Mempersiapkannya adalah mempersiapkan sebuah bangsa yang mulia.

Keluarga kecilku

“Wajib bagi seorang suami berusaha untuk menjadikan dirinya dicintai oleh istri-istrinya hingga ialah yang menjadi orang yang paling mereka cintai”

Kamis, 21 Agustus 2008

Jadilah Manusia Yang Berprestasi



Setiap usaha hanya akan benar-benar memberikan hasil setelah seseorang menolak untuk berhenti berusaha. Seorang yang ingain berhasil harus gigih dan pantang menyerah.

Sejarah telah menunjukkkan bahwa pemenang-pemenang terkenal biasanya menemui hambatan yang menyakitkan sebelum mereka berhasil. Mereka berhasil karena mereka tidak berkecil hati dengan hambatan-hambatan dan kegagalan-kegagalan tersebut.

Orang yang tak punya masalah berarti tidak hidup. Demikian Elbert Hubbard berprinsip. Dalam bidang tasawuf, Syekh Ibnu ‘Atha’illah mengatakan bahwa datangnya kesukaran adalah hari raya bagi para murid yang sedang melatih diri untuk bertaqarrub. Pengalaman akan perasaan-membutuhkan dan kegagalan serta ketidakberdayaan merupakan peringatan yang sangat berguna bagi sifat-diri yang rendah tapi dengan tujuan yang agung. Asal bisa mengolah dan menguasai kegagalan, kehilangan pun dapat dirubah menjadi panji kemenangan. Dengan kegagalan, seseorang akan tahu potensi dirinya yang sebenarnya amat sangat luar biasa, dan dengannya pula ia tahu kebesaran Tuhannya dan akhirnya tahu realisasi rahmat dan kemurahan-Nya.

Mampu tidaknya seseorang menghadapi kegagalan tergantung pada pola pikir orang tersebut. Orang yang selalu berpikir positif akan selalu mendapat hasil yang positif karena ia tidak takut menghadapi kegagalan. Masalah dan kegagalan bukan melulu sesuatu yang negative dan harus dihilangkan dengan segera, melainkan sebagai tanda kehidupan. Kalau ada yang menginginkan kehidupan yang tanpa masalah sama sekali maka hendaknya dia mati saja dan hidup di kuburan, karena hanya disitulah tempat yang tak satupun dari penghuninya mempunyai masalah.

Membaca biografi orang-orang besar dan berhasil sangat membantu untuk lebih banyak belajar bagaimana menyelesaikan masalah, karena hampir tidak ada satu pun diantara mereka yang tidak pernah menghadapi masalah yang besar. Patut kita pertimbangkan hal-hal berikut ini:

- Nabi Muhammmad menghadapi kendala yang sangat besar pada awal penyebaran agama Islam. Ditinggal mati paman dan istri tercinta lalu terusir ke Thaif lalu harus hijrah ke Madinah adalah proses ujian yang harus dilalui sebelum datangnya kesuksesan besar, yaitu tersebarnya Islam di Jazirah Arab, bahkan seluruh dunia.

- Woody Allen, adalah contoh lain dari zaman modern ini. Penulis, produser, dan sutradara pemenang Academy Award ini pernah tidak lulus dalam mata kuliah produksi film di New York University dan College of New York.

- Pada tahun 1959, pejabat Universal Pictures memecat Clint Eastwood dengan mengeluarkan pernyataan-pernyataan berikut. “Anda tidak berbakat, gigi Anda ada yang cuwil, jakun Anda terlalu menonjol dan Anda berbicara terlalu pelan.” Seperti yang kita ketahui, setelah itu Clint Eastwood justru berhasil meraih Piala Oscar untuk actor terbaik dalam film “Unforgiven” pada tahun 1997 dan pada tahun 2005 ini dia meraih Piala Oscar lagi sebagai sutradara terbaik.

- Malcolm Forbes, pemimpin editor majalah Forbes salah satu majalah bisnis paling sukses di dunia sampai saat ini, tidak berhasil menjadi staf majalah kampus ketika dia menjadi mahasiswa di Princeton University.

- Pada tahun 1962, Perusahaan Rekaman Decca menolak group rock yang terdiri dari empat anak muda Inggris. “Kami tidak menyukai suara kalian”, kata salah seorang eksekutifnya. Namun anak-anak muda dengan group rock bernama Beatles itu tidak putus asa dan terus giat berlatih sehingga menjelma menjadi group musik paling melegenda di abad duapuluh.

- “Kau tidak akan menjadi terkenal nak. Sebaiknya kau kembali menjadi supir truk saja”, begitu kata Jimmy Denny, manajer Grand Ole Opry, ketika memecat Elvis Presley pada tahun 1954. Tapi dengan semangat dan kegigihannya, Elvis Presley kemudian menjadi penyanyi paling terkenal di Amerika, bahkan dunia .

- Ketika Thomas Edison menemukan bola lampu, dia telah melakukan eksperimen lebih dari 2000 kali sebelum akhirnya bolalampu itu menyala. Seorang reporter muda bertanya bagaimana rasanya mengalami kegagalan sebanyak itu. Edison menjawab, “Saya tidak pernah gagal sekalipun, hanya saja untuk menemukan bola lampu, saya memerlukan 2000 tahap”. Dia tidak pernah menyerah dalam berusaha. Setelah itu, sekitar 1300 penemuan baru lainnya ditemukan oleh Thomas Edison.

- Pada usia 46 tahun, Beethoven tuli total. Tapi dengan kegigihannya, karya-karya terbesarnya justru dia lahirkan setelah musibah itu.

- Douglas Bader, seorang pilot pesawat tempur Inggris kehilangan kedua kakinya dalam sebuah kecelakaan udara. Dia tetap bergabung dengan Angkatan Udara Inggris dengan dua kaki palsu. Selama Perang Dunia II dia tiga kali ditangkap pasukan Jerman dan dapat melarikan diri tiga kali pula.

- Wilma Rudolph lahir secara prematur dan mempunyai harapan hidup yang sangat tipis. Pada usia 4 tahun dia terserang radang paru-paru dan demam scarlet yang menyebabkan kaki kirinya lumpuh dan ia harus berjalan dengan penyangga kaki. Pada usia 9 tahun ia berusaha untuk berjalan tanpa penyangga dan baru pada usia 13 tahun dia berhasil berjalan dengan tegak. Pada tahun tersebut ia memutuskan untuk menjadi pelari. Dia rajin mengikuti perlombaan meskipun selalu mencapai finis paling akhir. Setiap orang menasehatinya untuk berhenti, tapi ia terus berlatih berlari tanpa kenal putus asa. Akhirnya, gadis yang dulu divonis tidak akan mampu berjalan itu, berhasil merebut tiga medali emas Olimpiade untuk negaranya.

- Franklin Delano Roosevelt tetap dicintai dan dipercaya oleh rakyat untuk menjadi presiden Ameriak 4 kali berturut-turut meskipun ia lumpuh sejak usia 39 tahun.

Dan masih amat sangat banyak lagi contoh orang-orang yang mamou bangkit dari kegagalan kemudian menjadi orang besar. Mengapa mereka bisa menanggulangi semua kegagalan dan problem mereka bahkan kemudian menjadi manusia-manusia yang sukses. Ternyata yang mereka lakukan pertama kali adalah mengubah pola pikir mereka terhadap kegagalan. Ada beberapa poin yang bisa dijadikan batu loncatan unutuk mengubah pikiran, diantaranya:

1. Benahilah batin Anda. Karena manusia biasanya bukan kalah oleh lawannya melainkan kalah oleh dirinya sendiri.Cepat atau lambat manusia akan menerima apa yang ia ekspektasikan (fikirkan dan harapkan). Jika dia ekspektasikan sesuatu yang negative pada dirinya maka hal itu akan mempengaruhi respon dan sikapnya.Tapi jika ia ekspektasikan hal-hal yang positif pada dirinya maka i respon dan sikapnya pun akan positif. Apa yang ia ekspektasikan memotivasi dirinya untuk mampu mewujudkannya. Hal ini sesuai dengan hadits qudsi yang menyatakan bahwa Allah SWT akan memberikan kepada hambanya sesuai dengan apa yang hamba itu fikirkan atas dirinya sendiri.
2. Jangan mau manjadi sandera masa lalu Anda. Salah satu alasan mengapa Allah SWT menciptakan waktu adalah agar ada tempat bagi manusia untuk menguburkan kegagalan masa lalunya. Karena sudah kodrat manusia, sampai yang terbaikpun pasti pernah tersandung dan mengalami kegagalan. Tapi orang-orang sukses tidak pernah terpuruk oleh kegagalan-kegagalan masa lalunya. Karena kegagalan masa lalu seseorang akan memberikan salah satu diantara dua dampak berikut; dia akan terpuruk dan hancur atau dia akan mencari terobosan-terobosan yang membuatnya bangkit dan sukses.
3. Ubahlah pola pikir Anda. Berpikirlah positif. Cara pandang seseorang terhadap suatu masalah adalah gambaran kepribadiannya. Laksana orang yang berada dibilik penjara dan sedang melongok keluar jendela pada malam hari, bisa saja ia memilih memandang kebawah dan akan dia lihat comberan yang kotor dan bau, atau dia memilih melihat keatas yang penuh dengan bintang-bintang yang bersinar terang.
4. Petiklah hikmah positif dari pengalaman-pengalaman negative. Karena seorang pecundang adalah orang yang membuat kesalahan dan tak dapat memetik hikmah dari pengalaman tersebut. Dalam ilmu pengetahuanpun kekeliruan selalu mendahului kebenaran.

Setelah mengubah pola pikir, harus diambil langkah-langkah untuk menjadikan kegagalan sebagai batu loncatan untuk kesuksesan. Langkah-langkah tersebut adalah:

1. Sadarlah bahwa ada perbedaan besar antara orang-orang yang berprestasi biasa-bias saja dan orang-orang yang berprestasi luar biasa.
2. Pelajarilah definisi dari kegagalan.
3. Jangan menganggap diri Anda pecundang.
4. Ambillah tindakan segera dan kurangilah rasa takut.
5. Ubahlah respon Anda terhadap kesulitan dengan menerima tanggungjawab.
6. Jangan Anda biarkan kegagalan memasuki diri Anda.
7. Ucapkan selamat tinggal kepada hari kemarin.
8. Ubahlah diri Anda, maka dunia Andapun akan berubah.
9. Kuasailah diri Anda dan jangan terperangkap dalam ego sendiri karena hal itu akan menjadi penjara. Ingat, orang-orang yang murah hati jarang sakit mental.
10. Carilah hikmah dari setiap pengalaman buruk.
11. Jika pada mulanya Anda sukses, cobalah sesuatu yang lebih sulit.
12. Belajarlah dari pengalaman buruk dan jadikanlah itu pengalaman baik.
13. Perbaiki kelemahan-kelemahan yang melemahkan Anda.
14. Pahamilah bahwa tidak ada perbedaan besar antar kegagalan dan sukses.
15. Bangkitlah, lupakanlah, dan majulah terus.

Terakhir, sebagai hamba Allah , maka harus memeperbaiki hubungan spiritualnya dengan Allah. Baiknya amal seseorang di mata Allah adalah hasil dari baiknya spiritual. Maka siapa sadar akan sifat-sifatnya maka Allah akan membantunya dengan sifat-sifat-Nya. Siapa mengakui kehinaannya, niscaya Allah membantunya dengan kemuliaann-Nya,. Siapa mengakui ketidakberdayaannya, niscaya Allah membantunya dengan kekuasaan-Nya. Dan siapa mengakui kelemahannya, niscaya Allah membantunya dengan kekuatann-Nya. Sukses, Amin, Allahu Akbar

Never Give Up (jangan mengeluh)

Sutau hari Rasulullah SAW kedatangan seorang sahabat yang miskin dan lusuh, tangannya hitam dan melepuh. Rasulullah SAW kaget atas hal tersebut. Kemudian beliau bertanya “wahai sahabat, apa yang menyebabkan tanganmu melepuh dan lusuh?” sahabat menjawab “tangan saya melepuh dan lusuh karena saya bekerja sebagai tukang cangkul dan tukang gali”. Kemudian Rasulullah SAW meraih tangan tersebut lalu menciumnya. Masya Allah!!!.

Kisah diatas adalah bukti penghormatan Rasulullah kepada umatnya yang bekerja keras, ulet dan pantang menyerah terhadap tantangan alam dan zaman. Ketabahan, keuletan dan sikap pantang menyerah adalah ciri-ciri etos kerja umat muslim. Sebagaimana firman Allah dalam Al-qur’an “……dan janganlah kamu berputus asa atas datangnya rahmat Allah, sesungguhnya tiada yang berputus asa dari rahmat Allah melainkan orang kafir”. Yusuf:87.
“Age wrinkles the body. Quitting wrinkles the soul”. Umur membuat tubuh menjadi keriput. Dan gampang meyerah membuat jiwa menjadi keriput. Pada dasarnya Orang yang malas dan gampang menyerah, mereka sedang menggali kuburan kenistaan untuk dirinya sendiri. Bahkan orang muslim yang malas dapat menjadi budaknya orang-orang yang bekerja keras dan pantang menyerah, walapun dia kafir.
Sesungguhnya, kemuliaan dan kebahagiaan hanylah akan didapat setelah kita bekerja keras, ulet dan pantang meneyerah. Itulah hukum alam, bahkan sudah menjadi sunnatullah. Sunnatullah itu bersifat universal. Sifat seperti ini telah dimiliki seluruh manusia di muka bumi ini, walaupun ia bukan umat islam. Kita akan selalu merasakannya dalam diri kita masing-masing, kapanpun dan dimanapin kita berada.
Untuk mencapai kesuksesan dalam bidang apapun, tidak ada yang bisa menglahkan keuletan, kerja keras dan sikap pantang menyerah. Bakat dan talenta tidak banyak berperan, karena banyak sekali orang berbakat tetapi tidak berhasil. Kejeniusan juga tidak, karena kejaniusan yang sia-sia dan sudah sangat umum, sehingga hampir menjadi peribahasa. Pendidikan juga tidak, karena dunia ini penuh dengan pecundang yang berpendidikan. Hanya sikap ulet dan pantang menyerahlah yang selama in iampuh tuk meraih kesuksesan dan kebahagiaan.
Keuletan dan pantang menyerah belum cukup, hal ini harus diseimbangi dengan kesabaran dan ketabahan yang prima. Karena kesabaran dan ketabahan yang prima dapat menimbulkan suatu kejaiban yang bisa menghilangkan kesulitan dan rintangan yang ada pada diri kita. Dengan itu semua, segala bentuk penghalang kesuksesan siap untuk diterjang dan dihancurkan.
Penghalang-penghalang kesuksesan tersebut pada dasarnya berasal dari manusia itu sendiri. Yaitu berupa ketakutan, keraguan, dan kekhawatiran, bahkan masih banyak lagi. Penghalang-penghalang itu sebenarnya diciptakan oleh kita sendiri, baik secara sadar ataupun tudak sadar. Ibarat gembok pintu yang dipasang oleh manusia, sedangkan ia tekurung didalamnya pintu tersebut.
Adapun gembok-gembok itu adalah perasaan: tidak mungkin, tidak bisa, belum berpengalaman, tidak yakin, terlalu tua, lagi krisis, pemdidikan belum cukup dan lain sebagainya.
Awalnya gembok-gembok itu adalah “judul “ daripada serangkaian pengalaman manusai. Namun, kemudian berubah menjadi pagar-pagar yang menghalangi perjalanan kita dalam meraih kesuksesan. Karena gembok yang dibiarkan mengendap lama, kemudian berubah menjadi kebiasaan dan membentuk keyakinan, akhirnya menjadi gembok.
Seperti halnya belajar bermain gitar, tangannya minta dipaksa dan disakiti. Begitu juga dengan orang yang berlatih sepeda, tidak terbayangkan sebelumnya bahwa roda dua bisa dinaiki dengan keseimbangan. Sebelum Wright bersaudara berhasil mencoba pesawat terbangya pada tahun 1903, ia tidak membayanglan bahwa manusia bisa terbang. Semua penolakan dari dalam itulah yang dinamakan gembok.
Keyakinan Columbus, bahwa kalau dia berlayar terus ke barat, maka ia akan kembali lagi ketempat semula (bumi itu bulat), hampir semua orang meneriakinya dan mengatakan bahwa dia itu gila, karena hal itu tidak mungkin. Sebenarnya, hampir semua orang pada waktu tergembok oleh keyakinan mereka masing-masing, bahwa bumi itu datar.
Begitu juga dengan Thomas Alfa Edison, terlalu banyak orang memberi judil bahwa ia tidak bisa pada awal penelitiannya. Apalagi setelah tiga tahun tidak menghasilkan apa-apa. Sudah lebih dari 1900 bola lampu yan telah ia coba, tapi belum ada satupun yang menyala. Yang menyedihkan lagi, laboratoriumnya terbakar, ketika itu ia berumur 60 tahun. Tapi ia tidak menyerah. Dengan keuletan dan kerja keras, akhirnya saat ini hampir 80 % selurh penduduk di bumni ini menikmati hasilnya.
Serupa dengan Kolonel Sanders. Ketika ia berumur 65 tahun, ia digembok dengan perasaan ”terlalu tua”. Padahal ia tidak saja berhasil berkembang dengan KentuckyFried Chiken-nya (sekarang KFC), tetapi ia juga menjadi pioneer dalam bisnis franchise, sekaligus ia mengubah selera dunia akan ayam goreng.
Beberapa tahun lalu, ketika semua orang berandai-andai untuk bisa menul;is surat, kemudian bisa dibaca beberapa saat setelah itu oleh penerima, hampir semua orang megatakan itu adlah hal yang tidak mungkin. Tapi, ketika SMS sudah menjadi mainan anak-anak, judulnya sekarng berubah. Begitu pun ketika ada ide telepon tanpa kabel, hampir semua orang bilang tidak mungkin. Tapi sekarang, ketika tukang ojek sudah punya HP (mobile), judul itu kembali berubah.
Semua orang di Carolina, Amerika Serikat, menertawakan Wright bersaudara, Orville dan Wilbur Wright, disaat mereka menyusun rangkaian pesawat yang diharapak bisa terbang membawa manusia. Mereka tidak percaya, karena ia hanyalah seorang reparasi sepeda. Tanpa pendidikan unversitas dan tidak mempunyai ilmu acrodinamika. Sebelumnya pikiran itu sudah tergembok dengan apa yang mereka lihat tiga bulan sebelum itu, bahwa seeorang professor matematika, ahli acrodinamika dan juga seorang astronom, kemudian dibantu oleh puluhan mekanik permesinan dan dibiayai oleh Departeman Pertahanan Amerika untuk membuat pesawat terbang, ternyata gagal dan menghentikan usahanya. Professor itu adalah Samuel P. Langley. Dengan dukungan dana sebesar U$ 50.000 (pada waktu itu), para peneliti mulai menciptakan kapal terbang pada pertengaahan tahun 1890.
Pada tanggal 8 oktober 1903, dihadapan para pengamat dan wartawan, pesawat yang sanagt mahal dan pretisius itu diberi nam Aerodrome, kemudian diuji dengan menerbangkannya. Ternyata gagal dan hanya tersungkur ke tanah. Delapan minggu kemudian, di tengah kritikan yang sangat pedas, akhirnya aerodrome diuji kembali, wal hasil gagal lagi. Lalu Professor Langley menyerah dan menghentikan penelitiannya. Beberapa hari kemudian, tanggal 17 Desember 1903, Orville dan Wilbur Wright –tak berpendidikan, tak dikenal, tak ada yang membiayai- berhasil menerbangkan pesawat mereka “Flyer I” diatas gurun pasir, di Kitty Hawk, Carolina Utara. Dan sekarang, Wright bersaudara dkenal sebagai penemu pesawat terbang.
Perebedaaan antara Profesor Langley dan Wright adalah bagaimana cara mereka menyikapi suatu kegagalan. Professor Langley putus asa dan menyerah, sementara Wright bersaudara terus berusaha keras dan tidak menyerah begitu saja.
Komunitas Yahudi, Singapura, Jepang dan hampir semua bangsa bisa maju, hal ini disebabkan karena mereka tidak mengenal rasa putus asa dan mereka pantang menyerah dalam menghadapi segala macam tantangan dan rintangan yang ada. Itulah sunaatullah. Karakter seperti itulah yang diajarkan Al-qur’an kepada setiap manusia di bumi ini.

Tips Terampil memainkan Hidup

Hidup bagaikan sebuah ketrampilan. Ia dapat dirasakan lebih bermakna hanya bagi orang-orang yang terampil dalam memainkan hidupnya. Ibarat seseorang yang mengendarai kendaraan. Ia akan mampu menikmati perjalanan jika mampu mengendarai kendaraanya dengan terampil pula. Begitu juga seseorang dapat dikatakan mampu berbicara dengan baik jika ia terampil memilih kata-kata sehingga terampil berbahasa dengan baik.
Sedangkan untuk dapat terampil hidup yang dibutuhkan adalah ilmu dan latihan. Segala sesuatu memiliki ilmunya tersendiri, setelah ilmu itu kita miliki, selanjutnya adalah latihan. Karena hidup tidak lain merupakan proses latihan dengan pembelajaran yang tiada henti untuk menjadi lebih baik. "Life is a never ending learning process". Maka katakanlah pada diri kita, bahwa kita masih dalam proses pembelajaran untuk menjadi lebih baik. Dan barangsiapa yang mencintai dua hal tersebut ia akan tahu arti sebuah kesuksesan dalam hidup.
Masalah yang dihadapi bangsa ini adalah kurang mampunya mengolah ketrampilan hidup. Terbukti kurang lebih 40 juta dari penduduk Indonesia yang masih menganggur. Salah satu contoh dalam menentukan tujuan dan cita-cita. Bagaimana menjadikan bangsa lebih maju jika untuk menentukan tujuan dan cita-cita hidup pun masih kesulitan: apa yang harus saya lakukan esok hari? Apa yang harus saya capai untuk satu atau dua tahun mendatang?. Walaupun sebagian orang sudah punya tujuan dan cita-cita, tapi ternyata tujuan dan cita-citanya itu salah. Hanya mencari kekayaan dunia, tanpa mempedulikan tujuan hidup di akhirat yang lebih kekal. Rosul bersabda melalui hadis yang diriwayatkan Tirmidzi bahwa kekayaan sesungguhnya bukanlah terdapat pada kekayaan materi, tapi kekayaan yang sebenarnya adalah kaya hati.
Untuk dapat menuju Indonesia yang maju haruslah diawali dengan sukses pribadi sehingga membentuk kesuksesan berbangsa. Karena sukses berbangsa harus di awali dengan sukses pribadi.
Lalu apa yang harus kita lakukan untuk dapat hidup lebih bermakna?. Pertama yang harus kita lakukan adalah terampil merumuskan tujuan dan cita-cita hidup. Kita tidak akan sukses jika tidak memiliki tujuan hidup yang akan dituju. Orang yang memiliki tujuan dan cita-cita hidup yang jelas dan benarlah yang akan mampu mengolah waktunya 24 jam menjadi lebih efektif, karena Ia tahu akan arti kepentingan dari waktu yang sangat berharga. Ibarat orang yang bersungguh-sungguh mempersiapkan semua yang dibutuhkannya ketika mengetahui pemberangkatan kereta api pada jam delapan pagi.
Untuk dapat menentukan tujuan dan cita-cita hidup, kita harus menyadari bahwa Allah menciptakan manusia dengan penuh pertimbangan dan perhitungan yang cermat dengan segala potensi dan hak yang sama untuk sukses. "Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya" (QS. At-Tien: 4). Kita baca perlahan-lahan potensi diri kita masing-masing, kemudian setelah mengetahui potensi kita masing-masing, beranilah untuk berbuat dan menanggung resiko selama kita yakin baik bagi diri kita. Bukanlah kegagalan orang yang mau mencoba, tapi orang yang gagal yang sebenarnya adalah orang yang tidak mau mencoba. Sedangkan orang yang mau mencoba dan berbuat, akan mendapatkan pengalaman-pengalaman dari kegagalannya sebagai bekal hidupnya.
Kita syukuri nikmat-nikmat yang ada pada diri kita. Telinga yang bisa mendengar, mata yang bisa melihat, otak yang mampu berpikir, itu semuanya merupakan anugrah potensi yang diberikan kepada manusia. Salah satu contoh bahwa yakin, tak ada satupun manusia yang mau menjual anggota tubuhnya, baik hidung, tangan, atapun yang lainnya, dengan harga berapa pun. Maka diri kita adalah modal sukses pertama yang harus kita syukuri.
Banyak orang yang minder karena selalu merasa kurang, padahal kalau dipikir-pikir lebih baik kita mensyukuri yang ada daripada kita mengeluh dengan apa yang tidak ada pada diri kita. Dan Allah Mahatahu apa yang paling baik untuk hambanya, hanya saja terkadang kita sendiri kurang mampu menyingkap hikmah yang sudah ditentukan untuk diri kita. Allah berfirman: "Mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak." (QS. An-Nisa': 19)
Kedua, terampil menyusun rencana sebagai prosesnya. Setelah mengetahui tujuan hidup dan cita-cita kita, dari akan ke mana kita melangkah, jalan mana yang akan dilalui, kemudian selanjutnya adalah kita harus terampil menyusun rencana sebagai proses pencapaiannya.
Kalau kita mau merenung, banyak sekali waktu kita yang telah tebuang dengan sia-sia karena tidak terprogram sebelumnya. Setiap hari kita menonton TV, ngobrol yang tidak berarti, yang mana kita tanpa terencana, sehingga waktu terbuang dengan sia-sia. Padahal waktu adalah anugrah yang sangat berharga kepada manusia yang tidak akan kembali setiap detik yang telah terlewatkan. Jangankan untuk dapat mengarungi hidup yang lebih kompleks, untuk dapat membuat membuat terlur dadar saja membutuhkan proses, apalagi masa depan yang jangkauanya lebih panjang.
Ketiga, terampil konsisten dan istiqomah. Setelah terampil menyusun rencana sebagai prosesnya, kita harus terampil konsisten dan istiqomah dengan apa yang kita rencanakan dan konsisten dengan kebenaran yang kita yakini. Banyak orang menjadi lemah karena karena tidak memiliki prinsip yang kuat, sehingga ia hanya mengikuti orang-orang yang di sekelilingnya tanpa mengikuti kata hati. Padahal pribadi yang outentik adalah pribadi yang bertanggungjawab terhadap apa yang ada pada dirinya sendiri dan terhadap masa depan pribadinya. Dana salah satu orang yang tidak memiliki prinsip dan tidak konsisten dengan prinsipnya adalah mudah tersinggung dan sakit hati dengan apa yang dikatakan orang lain tentang dirinya. Kalau kita berpikir positif, kita akan menjadikan perkataan tersebut sebagai feed back (umpan balik) untuk mencapai kesuksesan kita.
Keempat, terampil tawakkal kepada Allah. Setelah memiliki tiga ketrampilan di atas tadi, terakhir adalah terampil tawakkal kepada Allah sebagai Penggenggam masa depan kita. Karena kita tidak lain termasuk di dalam apa yang telah diprogramkan cita-citanya oleh Allah SWT.
Akan timbul dari terampil tawakkal adalah optimis dengan apa yang dicita-citakan. Karena "Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubahnya sendiri." (QS. Ar-Ro'du: 11). Wallahu 'alam

Berusahalah untuk peka terhadap lingkungan

Siapa yang meminta musibah? Tidak ada. Tapi perguliran waktu jualah yang menunjukkan pada kita; mentari tak berpijar atas perintah kita, bulan tak bergerak atas kehendak kita, dan petaka tak datang atas harapan kita. Namun bencana juga tak datang atas nama kebencian. Ia datang sebagai bagian dari ‘skenario Allah’ pada hambanya. Skenario yang menyisakan lembaran untuk kita isi.
Darimana datangnya kemiskinan? Apakah selalu dari kemalasan? Apakah kemiskinan bukan bagian dari timbangan yang timpang, yang harus kita tambah sejumput dari bagian lainnya, sehingga keseimbangan akan tercipta. Bukankah semakin kita meluangkan bagian kita, timbangan kita semakin terangkat.

Di sisi lain kehidupan kita. Saudara kita mengirup udara dunia tanpa ayah yang mengajarinya berjalan, tanpa ibu mengusap kening mereka sebelum tidur. Mereka menapak dunia dengan tuntutan-tuntutan yang tak terkejar. Yang memaksa mereka harus menundukkan kepala di depan orang lain. Bukan tunduk karena hormat, tapi tunduk karena malu. Sungguh naas, karena malu tidak bisa mengikuti tour, seorang diantara mereka, dengan selendang melilit leher, rela meregang nyawa bahkan sebelum malaikat siap menjemput jiwanya.
Mereka, yang ditimpa musibah dan yang berada pada kemiskinan, maupun mereka, yang hidup tanpa ayah dan ibu, adalah bagian dari kehidupan kita. Mereka hidup di sekitar kita, di seberang jalan rumah kita, di kelas yang kita masuki, di bis yang kita tumpangi saat perpulangan konsulat. Tapi kita tidak dapat melihat mereka, dan kita tidak berusaha melihat mereka.
Seandainya kita mau, kita bisa saja meletakkan sebutir benih kasih kita pada mereka di ladang Allah yang subur. Jaga benih itu dengan keikhlasan, dan sirami secara istiqomah. Maka benih itu perlahan tumbuh menjadi tujuh bulir yang kokoh, dengan seratus biji pada tiap bulirnya. Dan siapa yang akan memetik biji itu kalau bukan kita sendiri.
Atau, kalau kita berminat, harta yang dititipkan Allah kepada kita ini, kenapa tidak kita pinjamkan kembali kepada Allah dengan pinjaman yang baik. Setelah itu, kita tidak akan pernah tahu denga pasti, berapa kali Allah melipatgandakan balasan dari pinjaman itu. (QS. al-Baqarah: 245)
Di depan para sahabat, Rasulullah Saw. bersabda: “Aku dan orang yang menanggung hidup anak yatim berada di surga seperti ini.” Rasulullah Saw. mengisyaratkan dua jari; jari telunjuk dan jari tengah dengan merenggangkan dua jari tersebut (HR. Bukhari)
“Barangsiapa yang membiayai hidup tiga orang, ia laksana orang beribadah di malam hari dan berpuasa di siang hari, juga berangkat pagi dan pulang sore menghunus pedang (berjuang) di jalan Allah, maka aku dan dia di surga seperti bersaudaranya dua jemari ini.” Rasulullah Saw. menempelkan dua jari, jari telunjuk dan jari tengah. (HR. Imam Ibnu Majah)
Subhanallah. Jika Allah menghendaki, tentu Allah dapat menghapuskan kemiskinan di dunia ini. Jika Allah menghendaki, tentu musibah tak perlu terjadi, dan tak perlu ada anak yang menjadi yatim. Tapi begitulah cara Allah melihat bagaimana hamba-Nya saling menebar kasih. Allah ingin menyaksikan indahnya pemandangan ketika seorang manusia menopang saudaranya saat tertatih, dan mengobati perih jiwa dan raganya saat terluka. Setelah itu, Allah akan memberikan balasan dengan jumlah terbanyak yang bisa dipikirkan oleh manusia, dan bahkan lebih.
Tapi jika kita ingkar, tidak menyisihkan harta bagi yang membutuhkan, bahkan untuk zakat sekalipun, alangkah malangnya kita. Firman Allah Swt:
“Orang-orang yang menyimpan emas dan perak yang tidak membelanjakan di jalan Allah, maka berilah peringatan mereka dengan siksa yang pedih, di suatu hari dimana emas dan perak dipanaskan dalam neraka jahannam, kemudian dahi, lambung, dan punggung mereka dibakar dengannya, sambil dikatakan pada mereka; ‘inilah harta bendamu yang kau simpan untuk dirimu sendiri, maka sekarang rasakan apa yang kau simpan.” (QS. at Taubah: 34-35)
Pada ayat lain, Allah memperingatkan dengan lebih tegas;
“Janganlah orang-orang bakhil mengira dengan barang-barang yang dikaruniakan padanya, bahwa bakhil itu lebih baik menurut mereka, justru merupakan kejahatan bagi mereka. kelak akan dikalungkan ke leher mereka barang-barang yang dibakhilkan saat hari kiamat.” (QS ali Imran: 180)
Setelah menempuh perjalanan ruhani singkat dalam tulisan ini, mungkin ada bagian hati kita yang akan tercerahkan kembali untuk sejengkal lebih peka dari sebelumnya. Peka terhadap apa yang terjadi di sekitar kita, dan pada diri kita sendiri.
Adalah kuasa Allah membolak-balik hati kita ataupun menetapkan hati kita. Adalah bukti keagungan Allah dapat membantu orang berhati ikhlas dalam melaksanakan niatnya. Dengan inayah Allah pula, para Trimurti merumuskan keikhlasan sebagai nilai pertama yang harus kita tanamkan di jiwa kita. Keikhlasan inilah yang akan mengantarkan shadaqah dan segala amal kita kita hingga diterima oleh Allah Swt.
Kita perlu berembuk, menentukan apa yang terbaik yang dapat kita kerjakan. Namun, menjadikan hadits berikut sebagai sebuah bentuk nyata tentu tidak cukup dengan konsep. Sabda Rasulullah Saw. “Sebaik-baik rumah di dalamnya ada anak yatim yang dirawat dengan baik. Dan seburuk-buruk rumah orang Islam ialah rumah terdapat anak yatim yang diperlakukan dengan buruk (HR. Imam Tirmidzi)Saat melihat saudara-saudara kita itu, berhenti mengatakan pada diri kita sendiri; “seseorang akan menangani permasalahannya”, atau “pasti ada seseorang yang akan membantunya.”. Kenapa kita tidak merubah perkataan itu menjadi “sayalah orang yang harus menolongnya”. Mungkin dengan begitu tak perlu lagi ada kain selendang menjerat leher saudari kita. Wallahu a’lam bisshowab[]

Rabu, 20 Agustus 2008

Bunga Kehidupan

Salah satu keindahan yang Allah ciptakan untuk dapat dinikmati manusia adalah bertebarannya bunga-bunga cantik nan menyejukkan dengan aroma dan warna-warni yang tak membosankan. Apabila musim semi tiba, perlahan kelopak-kelopak bunga merekah seraya menyemai kecerahan hari. Kuning yang menghangatkan, kesejukkan yang ditawarkan dari warna putih, merah yang menyala-nyala membangkitkan gairah hidup, semua warna, semua aromanya mewarnai hidup menambah semerbak alam tempat berpijak.

Tidak hanya bunga-bunga yang demikian yang memang diperuntukkan untuk manusia (juga kumbang sang penikmat bunga tentunya), namun ada banyak bunga yang juga hadir menyemangati hidup, mengiringi langkah ini dan menjadikan hari-hari yang kita lewati begitu indah dan menyenangkan. Dari sekian melati yang bertebaran di bumi ini, ada satu yang terindah yang telah kita petik untuk ditanam di taman hati. Dipupuk dengan segenap cinta tanpa akhir, disirami oleh kasih sayang yang takkan habis dan dipelihara dengan segala bentuk pengorbanan yang tak kenal lelah, maka ia pun senantiasa menjadi bunga yang menyenangkan hanya dengan memandangnya, membasuh peluh, menghapus lelah ketika disentuh dan menyegarkan seluruh rongga dada ketika mengecupnya sehingga tercipta kedamaian dan ketenangan. Ya, istri atau suami yang sekarang menjadi pasangan jiwa kita adalah bunga kehidupan.

Dari melati yang telah dipetik itu, mungkin kan datang Lily, Tulips, Mawar atau bunga-bunga lain yang semakin meramaikan taman hati ini dengan aroma khas dan warna yang membuat hidup terasa lebih indah. Keceriaan yang dihadirkan anak-anak selaku bunga-bunga kecil mampu menghiasharumi hati. Mereka, bunga-bunga kecil yang dengan keindahannya membuat kita selalu tersenyum, menjadi pelepas dahaga kedamaian dan pengobat rindu akan kehangatan. Dengan curahan kasih sayang yang tiada henti, sentuhan pendidikan yang tidak memenjarakan kebebasan berpikir dan memasung kreativitasnya, semoga tetap menjadikan mereka bunga-bunga yang dapat dibanggakan, bukan malah menjadi bunga-bunga liar yang berserakan di trotoar dan pinggir jalan. Dengan menghiasi hati mereka akan keagungan nama penciptanya, dan kemuliaan nama Rasulnya, akan menjadikan mereka bunga-bunga yang tak pernah kusut, layu atau bahkan hancur oleh terjangan angin, panas, hujan ataupun buasnya unggas.

Ketika beranjak keluar melewati pagar, kita akan menemukan bunga-bunga lain yang tak kalah indahnya, mereka tersenyum dan menyapa dengan hangatnya. Seperti kita yang juga menjadi bunga kehidupan bagi mereka, bunga-bunga diluar pagar itupun hadir memberikan makna kebersamaan dan saling mencintai, memberi juga mengasihi sebagai saudara karena Allah. Jagalah kedekatan, binalah kebersamaan dengan bunga-bunga itu, karena mereka jugalah yang mungkin akan membantu, menolong dan meringankan beban berat ataupun terpaan badai kehidupan.

Sebanyak apapun bunga yang kita miliki, jangan juga melupakan bunga-bunga yang telah melahirkan dan membesarkan kita menjadi bunga saat ini. Mungkin bunga-bunga itu sudah mulai layu, atau tangkainya sudah terkulai lemah. Jangan biarkan mereka semakin layu, sirami dengan air cinta meski yang kita miliki tak sebanding dengan air cinta yang pernah mereka curahkan. Jadilah kaki penyangga tangkainya agar kita tetap bisa melihatnya berdiri, segar dan melangkah berdampingan hingga Sang pencipta segala bunga menentukan kehendaknya.

Namun ada satu bunga, yang bersemayam paling dalam di lubuk hati ini, yang tak boleh kita biarkan tak tersirami oleh air yang tercipta dari rangkaian indah nama-nama Sang Pencipta segala bunga, dari berdiri, duduk dan sujud yang kita tegakkan, dari senandung-senandung yang menyuarakan ayat-ayat-Nya dan dari rasa berserahdiri akan segala kehendak dan ketentuan-Nya. Ialah bunga kehidupan utama yang tanpanya takkan berarti, takkan terasa indah, takkan menyejukkan aroma bunga lainnya, seindah dan seharum apapun bunga-bunga yang lain itu. Hingga jika bunga utama itu kuat, ia pun akan menguatkan diri ini sehingga teramat tegar menepis duri-duri kemaksiatan yang menyakitkan, atau unggas-unggas kejahatan agar menjauh dari taman hati ini. Dengan keindahan dan kedamaian yang kita tawarkan selaku bunga, kita dapat memperbanyak bunga-bunga baru untuk hadir dan bersama-sama saling menjadi bunga kehidupan di taman hati masing-masing. Wallahu ‘a’lam bishshowaab

Menjaga Kesucian Hati


Hati merupakan bagian terpenting dari tubuh manusia, bentuknya memang hanya segumpal darah, tetapi ia mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan perbuatan manusia.
Hati ibarat kemudi yang mengarahkan mobil/kendaraan sesuai dengan kehendak sopir, Rasulullah menerangkan dalam sebuah haditsnya:

“Sesungguhnya di dalam tubuh itu ada segumpal darah, apabila ia benar maka tubuh itu akan ikut benar dan apabila ia rusak maka seluruh tubuh akan rusak, segumpal darah itu adalah hati.”

Bahkan salah satu misi kenabian adalah untuk mensucikan hati, di dalam al-Quran diterangkan:

“Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul diantara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan (hati) mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah. Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (QS.Al-Jumu ‘ah: 2)

Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa setelah penyampaian pesan-pesan ilahi maka yang pertama kali dilakukan oleh para Nabi dan Rasul adalah membersihkan hati manusia, dalam hal ini yang dimaksud adalah membersihkan hati-hati manusia dari keyakinan atau kepercayaan-kepercayaan yang sesat dan tidak benar, baru setelah itu mereka mengajarkan syariat dan tata cara hidup menurut syariat yang benar. Maka pengajaran Rasul yang pertama kepada manusia adalah membersihkan hati, dalam hal ini yang dimaksud adalah menanamkan aqidah (keimanan) yang benar. Selanjutnya pengajaran aqidah tersebut ter-platform dalam Rukun Iman.

Adalah sebuah fenomena yang menarik yang bekembang dewasa ini, yaitu semaraknya kajian-kajian yang bertema Menejemen Qalbu (MQ) salah satunya yang paling popular adalah MQ yang dibina oleh Aa Gym. Namun sangat disayangkan bahwa pendekatan yang digunakan lebih cenderung kepada tawasuf, padahal tasawuf itu sendiri saran dengan hal-hal yang tidak sesuai dengan aqidah. Walaupun kita tidak dapat menutup mata bahwa penyampaian yang lugas dan ringan sangat menarik simpati banyak pihak. Apalagi materi/tema yang disampaikan adalah masalah seputar kehidupan sehari-hari. Namun perlu kita cermati bahwa pokok masalah dari sekian banyak masalah yang timbul di kehidupan sehari-hari belum tersentuh. Pokok masalahnya adalah satu yaitu Iman (aqidah). Perlu diketahui bahwa akhlak-ul karimah hanyalah salah satu dari pancaran sinar iman. Iman (aqidah) inilah yang mengendalikan kemudi hati, kemanakah hati ini akan diarahkan, maka anggota tubuh akan mengikuti sesuai kehendak hati.

Berangkat dari ayat diatas maka pokok persoalan yang harus segera diselamatkan adalah Iman (aqidah). Dengan demikian perkerjaan yang mula-mula ditempuh adalah memperbaiki iman, apakah iman kita sudah betul atau tidak?.

Iman itu sendiri telah dirumuskan dalam urutan yang disebut Rukun Iman. Rasulullah bersabda:

“Iman itu adalah engkau beriman kepada Allah, kitab-kitab-Nya, para malaikat-Nya, para Rasul-Nya, kepada hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik dan buruk. (HR. Bukhari)

Iman kepada Allah sebagai Tuhan alam semesta, yang memberi rizki, yang memuliakan dan yang menghinakan, yang menghidupkan dan yang mematikan, yang Mahaperkasa, Mahapengasih lagi Mahapenyayang dan segala sifat yang Mahasempurna yang dimiliki-Nya; menghilangkan kepercayaan-kepercayaan yang sesat dan takhayul-takhayul yang tidak berdasar, dan menghilangkan ketergantungan kepada selain Allah. Tidak ada kekuatan yang lebih besar daripada kekuatan Allah, tidak ada sesuatupun yang dapat memberikan manfaat dan menolak bahaya kecuali Allah, Allah tempat bergantung hanya kepadanya segala perkara kembali. Sehingga seorang hamba hanya tunduk kepada-Nya dan hanya memberikan penghormatannya (menyembah) kepada-Nya.

Iman kepada hari akhirat dengan fase-fase yang harus tempuh, telah mengarahkan seorang hamba untuk menyadari bahwa kehidupan dunia bukanlah kehidupan yang kekal, setelah kehidupan dunia masih ada kehidupan lagi, kehidupan yang lebih abadi. Seorang hamba akan mempersiapkan diri untuk menghadapi kehidupan kekal tersebut. Ia tidak terlena oleh gemerlapnya cahaya dunia beserta kenikmatannya, tidak tertipu oleh indahnya dunia. Ia akan mempersiapkan diri dengan bekal yang cukup. Keyakinan akan hisab mendorong hamba untuk selalu berlomba-lomba dalam kebajikan. Ia yakin bahwa seberat apapun kecilnya sebuah kebajikan Allah akan memberikan ganjarannya dan sebesar apapun keburukan yang diperbuat Allah akan memberikan hukumannya.

Iman kepada takdir Allah, menjauhkan hamba dari rasa putus asa dan mendorong untuk selalu bersungguh-sungguh dalam berbuat. Putus asa merupakan suatu sikap yang timbul karena rasa ketidak mampuan dalam menghadapi suatu masalah. Perlu diketahui bahwa Allah telah memberikan kemampuan kepada manusia untuk memilih dan berbuat, manusia mempunyai kekuatan karenanyalah Allah mengangkat manusia sebagai khalifah di muka bumi. Dengan kemampuan ini, manusia berbuat dan mengatasi permasalahannya, tidak ada permasalahan yang tidak bisa diatasi oleh manusia, karena Allah tidak memberikan beban kepada hambanya kecuali ia mampu untuk menanggungnya. Sehingga manusia akan terus berusaha dan berpikir agar terlepas dari masalah yang dihadapinya, kesungguhan inilah yang akhirnya melepaskan dirinya dari masalah yang dihadapinya. Namun demikian kemampuan yang diberikan Allah kepada manusia adalah terbatas. Manusia bukanlah Tuhan, hanya Tuhanlah yang mempunyai kekuasaan tak terbatas. Dengan demikian manusia menyadari bahwa ia bukanlah apa-apa di hadapan Tuhan Yang Maha Perkasa. Keterbatasan inilah yang mengantarkan manusia untuk selalu memohon pertolongan dari-Nya dengan penuh tawakkal dan pasrah akan ketetapan yang diberikan-Nya.

Seorang Mu’min meyakini bahwa segala yang terjadi pada dirinya dari yang baik dan yang buruk merupakan takdir Allah yang telah ditetapkan kepadanya. Ia melihat bahwa semua yang ditetapkan Allah adalah baik, karena Allah tidak menginginkan kepada hamba-Nya kecuali hanya kebaikan. Apabila mendapatkan nikmat ia bersyukur dan apabila mendapatkan musibah ia bersabar, dan yang demikian itu adalah kebaikan. Sabda Rasulullah SAW:

“Sungguh mengherankan urusan orang mu’min itu. Sesungguhnya urusannya semua adalah baik. Tidaklah itu berlaku bagi seseorang kecuali baig seorang mu’min. Jika ia mendapat nikmat ia bersyukur maka menjadi baik baginya, dan jika ia ditimpah musibah ia bersabar, maka menjadi baik untuknya.” (HR. Ahmad)

Maka orang Mu’min yang menjiwai dan merasakan seperti ini akan tenang hatinya, enak badan dan jiwanya. Kehidupannya penuh dengan kebahagaiaan, dinaungi oleh perasaan ridho dan damai, serta merasa tenang atas rahmat Allah dan keadilan-Nya, karena Dialah tumpuan harapannya, benteng perlindungannya, permata hatinya dan kenyamanan imannya.

Dapat diketahui bahwa pengaruh Iman dalam kehidupan individu dan masyarakat diantaranya:

1. Iman adalah kehidupan hati, yang memasok kekuatan kepadanya dan mendorong bagi jiwa agar menghiasi diri dengan budi pekerti yang baik.

2. Iman menghilangkan keyakinan-keyakinan, prasangka-prasangkaan yang sesat dan takhayul-takhayul.

3. Iman mendorong untuk beramal soleh dan bersungguh-sungguh dalam bekerja.

4. Iman sebagai sumber ketenangan dan kedamaian bagi setiap orang.

Tidak dapat dipungkiri bahwa problematika masyarakat kita disebabkan oleh akumulasi berbagai hal, akan tetapi penyakit tersebut tidak dapat sembuh kalau hanya dengan mengobati akibatnya saja, sedangkan sumber utamanya tidak pernah disentuh sedikitpun. Maka kembali kepada iman (aqidah) adalah satu-satunya jalan untuk mengatasinya. Iman yang kuat akan memancarkan cahaya yang terang, cahaya yang teraplikasikan dalam akhlak karimah. Sudahkah Iman kita memancarkan cahayanya? Sebesar apakah cahayanya?.

Kemuliaan dibalik kesucian santri

Aku ingin seperti santri berbaju putih,

yang tiba-tiba datang menghadapku,

duduk menyentuhkan kedua lututnya,

pada lutut agungmu,

meletakkan kedua tangannya diatas paha-paha mulyamu,

Lalu aku akan bertanya:

yaa… Rosulalsloh, tentang Islamku,

yaa… Rosulalloh, tentang Imanku,

yaa… Rosulalloh, tentang Ihsanku,

yaa… Rosulalloh, mulut dan hatiku bersaksi tiada tuhan selain Allah,

dan engkau Yaa, Rosulalloh, utusan Allah,

tapi, kusembah juga diriku. Astaghfirullah…

Dan risalahmu, hanya kubaca bagai sejarah,

yaa… Rosulalloh, setiap saat jasadku sholat,

setiap saat tubuhku bersimpuh, diriku jua yang kuingat,

setiap saat kubaaca sholawat,

setiap kali tak lupa kubaca salam,

salam kepadamu wahai nabi, juga rahmat dan berkat Allah,

tapi, tak pernah kusadari apakah dihadapanku kau menjawab salamku,

bahkan apakah aku menyalamimu,

Yaa… Rosulalloh, ragaku berpuasa,

dan jiwaku kulepas bagai kuda.

yaa, Rosulalloh, sekali-kali kubayar zakaat,

dengan niat dapat balasan kontan dan berlipat,

yaa, Rosulalloh, aku pernah naik haji,

sambil menaikkan gengsi,

sudah islamkah aku ?

Yaa, Rosulalloh, aku percaya Allah dan sifat-sifatnya,

percaya Malaikat-Malaikat,

percaya kitab-kitab sucinya,

percaya nabi-nabi utusannya,

aku percaya akhirat, percaya Qadha-Qadarnya,

seperti yang kucatat dan kuhafal dari ustadz,

tapi aku tak tahu, seberapa besar itu, mempengaruhi lakuku,

Yaa, Rosulalloh, setiap kudengar panggilan aku menghadap Allah,

tapi, apakah ia menjumpaiku, sedang wajah dan hatiku tak menentu,

Yaa… Rosulalloh, dapatkah aku ber-ihsan,

Yaa… Rosulalloh, kuingin menatap meski sekejap,

wajahmu yang elok megkilap,

setelah sekian lama mataku hanya menangkap gelap,

Yaa… Rosulalloh, kuingin mereguk senyummu yang segar,

setelah dahaga di padang kehidupan hambar yang membuatku terkapar.

Yaa… Rosulalloh, meski secercah,

teteskan padaku cahayamu buat bekalku sekali lagi menghampirinya.

By syams`.D

( 2 )

Bagaimana kau hendak bersujud pasrah,

sedang wajahmu yang bersih, sumringah,

dan keningmu yang mulia dan indah,

begitu pongah minta sajadah, agar tak menyentuh tanah.

Apakah kau melihatnya seperti iblis saat menolak menyembah bapakmu dengan congkak.

Tanah hanya patut diinjak,

tempat kencing dan berak,

membuang ludah dan dahak,

atau paling jauh, hanya lahan pemujaan nafsu serakah dan tamak.

apakah kau lupa bahwa tanah adalah bapak darimana ibumu dilahirkan,

tanah adalah ibumu yang menyusuimu, dan memberi makan,

tanah adalah kawan yang memelukmu dalam kesendirrian,

dalam perjalanan paanjang menuju keabadian.

Singkirkan saja sajadah mahalmu,

ratakan keningmu, ratakan heningmu, tanahkan wajahmu, pasrahkan jiwamu, biarkan rahmat agung Allah membelaimu,

dan terbanglah, kekasih.

Bagimu, bagimu kutancapkan kening kebanggaan pada rendah tanah,

telah kuamankan sedapat mungkin imanku,

kuselamat-selamatkan islamku,

kini dengan segala milikmu ini,

kuserahkan kepadamu Allah terimalah.

Kepala bergengsi yang yang terhormat ini,

dengan indra mata yang mampu menangkap gerak-gerik dunia,

kedua telinga yang dapat menyadap gersik-gersik berita,

hidung yang bisa mencium wangi parfum, hingga borok manusia,

mulut yang sanggup mengumgkap kebohongan jadi kebenaran seperti yang lain, hanyalah sepersekian tetes anugrahmu,

alangkah amat mudahnya engkau melumatnya Allah,

sekali engkaau melumat,

terbanglah cerdikku,

tebanglah gengsiku,

terbanglah kehormatanku,

terbanglah kegagahanku,

terbanglag kebanggaanku,

terbanglah mimpiku,

terbanglah hiddupku.

Allah.., jika terbang terbanglah,

sekarangpun aku pasrah,

asal menuju haribaan rahmatmu

المحافظة على القديم الصالح
والأخذ بالجديد الأصلح

( 3 )

Kawan, sudah Ramadhan lagi…

belum juga tibakah saatnya,

menunduk memandang diri sendiri,

bercermin firman tuhan sebelum kita dihisabnya.

Kawan, siapakah kita ini sebenarnya?

musliminkah,

mukminin,

muttaqin,

khalifah-Allah,

umat Muhammadkah,

khoiru ummatinkah kita,

atau kita sama saja dengan makhluk lain,

atau bahkan lebih rendah lagi,

hanya budak-budak perutdan kelamin.

Iman kita kepada Allah dan yang ghaib,

rasanya lebih tipis dari uang kertas ribuan,

lebih pipih dari kain rok perempuan,

betapapun tersiksa,

kita khusyu’ didepan massa, yang tiba-tiba buas dan binal,

justru disaat sendiri bersamanya.

Syahadat kita rasanya seperti perut bedug,

atau pernyataan setia pegawai rendahan saja,

kosong tak berdaya.

Sholat kita rasanga lebih buruk dari senam ibu-ibu,

lebih sepat dari menghirup kopi panas,

dan lebih ramai dari lamunan seribu anak muda,

dan kita sesudahnya justru lebih serius,

kita memohon hidup enak didunia dan bahagia di sorga.

Puasa kita rasanya hanya mengubah jadwal makan,

dan saat istirahat, tanpa menggeser acara buat syahwat,

ketika datang lapar atau haus, kita pun manggut-manggut,

Oo.., beginikah rasanya…

dan kita sudah merasa memikirkan saudara-saudara kita yang melarat.

Zakat kita lebih jauh dari berat terasa,

dibanding tukang becak melepas penghasilannya,

untuk kupon undian yang sia-sia,

kalaupun terkeluarkan harapanpun tanpa ukuran,

upaya-upaya tuhan menggantinya berlipat ganda.

Haji kita tak ubahnya tamasya menghibur diri,

mencari pengalaman spiritual dan material,

membuang uang kecil dan dosa besar,

lalu pulang membawa label suci asli made in saudi, haji.

Kawan…

bagaimana, bilamana, dan berapa lama kita bersamanya,

atau justru kita sibuk menjalankan tugas mengatur bumi seisinya,

mensiasati dunia sebagai khalifahnya.

Kawan…

tak terasa kita memang semakin pintar,

mungkin kedudukan kita sebagai kholifah,

mempercepat proses kematangan kita,

paling tidak kita semakin pintar berdalih,

kita perkosa alam dan lingkungan demi ilmu pengetahuan,

kita berkelahi demi menegakkan kebenaran,

melacur dan menipu demi keselamatan,

memamerkan kekayaan demi mensyukuru kenikmatan,

memukul dan mencaci demi pendidikan,

berbuat semaunya demi kemerdekaan,

tidak bebuat apa-apa demi ketentraman,

membiarkan kemungkaran demi kedamaian,

pendek kata demi semua yang baik,

halal-lah semua sampaipun kepada yang paling tidak baik.

Lalu…

bagaiman dengan para cendikiawan dan seniman,

para muballigh dan kiyai, penyambung lidah nabi.

Jangan ganggu mereka,

para cendikiawan sedang memikirkan segalanya,

para seniman sedang merenungkan apa saja,

para muballigh sedang sibuk berteriak kemana-mana,

para kiyai sedang sibuk berfatwa dan berdoa,

para pemimpin sedang mengatur semuanya,

biarkan merka diatas sana,

menikmati dan meratapi nasib dan persoalan mereka sendiri.

Kawan…

selamat tahun baru,

belum juga tibakah saatnya kita menunduk,

memandang diri sendiri.

Selasa, 05 Agustus 2008

Mari kita mencoba ISTIQOMAH

Dalam kehidupan keseharian, penggunaan istilah “istiqomah” seringkali kurang proporsional. Dapat dikatakan pemahamannya seringkali terlalu sederhana, sehingga jika ada seseorang yang terus mempertahankan satu perbuatan atau amalan tertentu maka ia langsung disebut “istiqomah”. Padahal bisa jadi itu sebuah amalan bid’ah atau bahkan menyentuh kesyirikan. Terkait dengan kedua hal tersebut penggunaan kata “istiqomah” tidak berlaku.
“istiqomah” adalah istilah keagamaan yang berkonotasi pada kemuliaan dan keagungan yang tinggi serta memiliki sebuah nilai keutamaan yang besar dalam ajaran Islam.

Sedimikian besarnya, sehingga Allah SWT menganugerahkan penghargaan spesial dan memberikan jaminan yang luar biasa bagi mereka yang mampu beristiqomah, sebagaimana Allah SWT menegaskan;

إِنَّ الَّذِيْنَ قاَلُوْا رَبُّناَ اللهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوْا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلاَئِكَةُ أَلاَ تَخَافُوْا وَلاَ تَحْزَنُوْا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُتْنُمْ تُوْعَدُوْنَ {فصلت:30}.
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, ‘Tuhan kami adalah Allah’ kemudian mereka istiqomah, maka malaikat akan turun kepada mereka(dengan mengatakan), ‘Janganlah kamu merasa takut dan sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) Surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” (QR. Fushilat: 30).

Lebih tegas lagi, kepastian itu dijanjikan oleh Allah sendiri dalam Al-Qur’an;

إِنَّ الَّذِيْنَ قاَلُوْا رَبُّناَ اللهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوْا فَلاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُوْنََ {الأحقاف:13}.
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman mengatakan, ‘Tuhan kami adalah Allah’, kemudian mereka beristiqomah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita (QS. Al-Ahqaf: 13).

Kiranya sangat terkesan sederhana bahwa orang yang mengatakan, “Tuhanku adalah Allah” kemudian ia istiqomah, maka dia akan terbebas dari rasa takut dan sedih. Representasi hakiki dari tiadanya rasa takut dan sedih itu adalah Surga, sebuah negeri kedamaian yang abadi. Sedangkan di dunia manusia menemukan ketentraman dan kebahagiaan batiniah yang bisa menjamin ketangguhan dalam menghadapi tantangan hidup di dalamnya.
Apakah semudah itu? Apakah anugrah yang demikian besar bisa dicapai dengan pernyataan yang terkesan sederhana itu? Dalam kehidupan ini tentu saja tidak sesuatupun yang berharga namun bernilai murah. Demikian pula untuk menggapai ketentraman hidup yang nantinya berpuncak di Surga, tentu juga ini bernilai sangat mahal. Namun pernyataan ini, tidak sekedar pernyataan yang meluncur dari lisan dengan begitu mudah. Istiqomah mensyaratkan pemahaman, menepatinya dengan menuntaskan segala konsekuensinya, kemudian berkomitmen untuk mempertahankan ketulusan dan menjauhkannya dari segala bentuk lumuran sekecil apapun yang akan menodainya.
Apa yang dimaksud dengan istiqomah? Apa yang menjadikannya sebagai satu-satunya jalan dan obat utama untuk segala macam penyakit dan permasalahan kita?
‘Istiqomah’ secara etimologi berasal dari kata qowama yang berarti lurus atau tegak.
إِنَّ الََذِيْنَ قَالُوْا رَبُّناَ اللهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوْا
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan Tuhan kami adalah Allah kemudian mereka beristiqomah”.
Makn استقاموا pada ayat diatas merujuk kepada mereka yang menjalankan ketaatan kepada-Nya dan konsisten dengan sunnah Nabi-Nya. Dalam hadits disebutkan,
قُلْ آمَنْتُ بِاللهِ ثُمَّ اسْتَقِمْ
“katakanlah: aku beriman kepada Allah kemudian ber-istiqomah-lah”.
Maksudnya adalah ber-istiqomah di dalam amal shaleh, dengan mengerjakan perintah-perintah Allah dan meninggalkan larangan-larangannya.
Istiqomah adalah kebalikan dari “انحراف” yang berarti penyimpangan/berpaling. Makna ini cukup jelas, bahkan bagi orang awam sekalipun. Jika mereka melihat seseorang berpegang teguh dengan agamanya, menjaga serta memperhatikan perintah-perintah-Nya, maka mereka akan mengatakan kepada orang tersebut, bahwa dia itu adalah “mustaqim”, orang yang istiqomah. Terkadang pengertian istiqomah berkurang dari yang sebenarnya. Disebutkan bahwa istiqomah berada di dalam hal-hal yang sifatnya materi, etika dan sosial. Sebaliknya hal-hal yang sifatnya agama dikesampingkan, padahal inilah pengertian dasar dari istiqomah.

Cara menempuh perjalanan istiqomah
Kadang-kadang kita bersemangat dan muncul dari dalam diri kita kemampuan yang kuat untuk melaksanakan perjalanan ini, tetapi kita merasa bahwa diri kita masih terikat dengan banyak kemaksiatan. Di sinilah kesempatan emas bagi setan untuk mengendurkan semangat kita. Salah satu kilahnya adalah rasa putus asa dari rahmat Allah. Firman-Nya;
قُلْ يَاعِباَدِيَ الَّذِيْنَ أَسْرَفُوْا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لاَ تَقْنَطُوْا مِنْ رَحْمَةِ اللهِ إِنَّ اللهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًا {الزمر:53}.
“katakanlah, ‘Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya”. (QS. Az-Zumar: 53).
Di antara godaannya adalah dengan menghembuskan bisikan, “Anda adalah pelaku dosa-dosa besar dan gemar bermaksiat, maka tak mungkin sedekah, shalat dan zakat anda diterima, sementara kebiasaan anda seperti ini?”
Godaan ini dihembuskan untuk menggrogoti tekad kita. Bantahan yang tepat untuk menangkis godaan ini adalah dengan menegaskan tekad, “Iblis telah menyesatkan kita dengan melakukan maksiat dan dosa pada kesempatan yang telah lewat, maka akankah kita meninggalkan amal kebajikan dan memberinya kesempatan untuk menyesatkan kita lagi pada kesempatan berikutnya? “Sesungguhnya orang-orang berakal akan mengatakan, “Sekalipun tidak akan”. Mereka meyakini bahwa para pengikut setan akan benar-benar merugi.
Pada kesempatan ini akan disebutkan cara menempuh perjalanan istiqomah melalui dua cara:
Pertama, pemutusan total; dalam artian, memutuskan segala bentuk hubungan dengan setan atau yang cenderung dengannya dengan sekali tebas. Ini seakan-akan kita memotong bagian tubuh kita yang rusak. Jika dibiarkan saja maka bagian tubuh lainnya akan rusak juga. Sebagai contoh sere ini kita adalah pelaku maksiat, maka besok pagi kita telah berubah menjadi seorang ahli ibadah yang taat dan suci dari maksiat dan dosa. Itulah taubat nashuha. Kita memulainya dengan niat tulus dan tekad bulat, dilanjutkan dengan tawakkal dan memohon pertolongan kepada Allah, kemudian wudhu dan shalat Subuh berjama’ah.
Setelah itu, seiring dengan datangnya pagi; kita membuka lembaran baru yagn sangat putih dan dan melipat, bahkan membakar lembaran yang busuk dari kehidupan kita. Inilah cara para pemilik cita-cita yang tinggi dan jiwa yang agung, dan mereka berhak atas kemenangan yang sangat mahal. Sesungguhya kemenangan terhadap hawa nafsu adalah bagian dari jihad. Jika tidak lebih besar dari jihad melawan oragnga kafir, maka tidak jauh dari itu. Disebutkan dalam musnad Imam Ahmad, dari Abu Hurairah bahwasannya Rasulullah SAW bersabda;
مُنْتَظِرُ الصَّلاَةِ مِنْ بَعْدِ الصَّلاَةِ كَفَارِسِ اشْتَدَّ بِهِ فَرَسَهُ فيِ سَبِيْلِ اللهِ كَشْحِهِ تُصَلِّي عَلَيْهِ مَلاَئِكَةُ اللهِ مَالَمْ يُحْدِثْ أَوْ يَقُوْمُ، وَهُوَ فيِ الرِّبَاطِ اْلأَكْبَرِ.
“Orang yang menunggu shalat setelah shalat, bagaikan penunggang kuda yang sangat enerjik atas musuh-musuhnya di dalam jihad fi sabilillah sedangkan para malaikat Allah mendo’akannya selama tidak batal (wudhunya) atau bangkit (dari tempatnya)
Jihad melawan hawa nafsu adalah modal dasar untuk berjihad melawan orang-orang kafir dan munafik. Karena tidak mungkin bisa memerangi mereka tanpa memerangi hawa nafsunya terlebih dahulu, baru kemudian bisa berangkat menghadapi mereka.
Kedua, berangsur-angsur. Dalam hal ini alangkah baiknya kita melakukan bermuhasabah diri dari segala apa yang telah kita lakukan; dengan menulisnya dalam buku harian kita mulai dari dosa-dosa besar kemudian yang kecil. Melalui cara ini, maka segala perbuatan kita akan lebih mudah terkontrol. Insya Allah!
Yang terpenting dalam hal ini adalah:
1. Memohon kepada Allah SWT (setelah bertekad untuk bertaubat) agar memanjangkan umur kita, sehingga kita dapat mensucikan diri dari semua maksiat dan dosa yang kita akui di hadapan Allah. Memperbanyak do’a di setiap waktu tentunya lebih baik, khususnya pada waktu-waktu dikabulkannya do’a.
2. Memulai meninggalkan dosa besar kemudian dosa kecil dibarengi dengan ketekunan dalam shalat berjama’ah di masjid pada awal waktunya. Jangan sampai gara-gara TV, rokok dll. Kita enggan untuk shalat berjama’ah. Allah berfirman;
إِنَّ الصَّلاَةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ واَلْمُنْكَرِ {العنكبوت: 45}.
“Sesungguhnya shalat itu mencegah perbuatan keji dan munkar” (QR. Al-Ankabut: 45).
“Shalat dan duduk bersama orang shaleh” merupakan faktor terpenting yang membantu kita pada fase persiapan perjalanan ini, sehingga taubat kita menjadi tebal dan –dengan izin Allah- kita akan menang dalam perjalanan melawan musuh kita, hawa nafsu.
Penghalang-Penghalang Perjalanan dalam Menempuh Istiqomah
Pertama, Setan. Ketika makhluk ini mengetahui keinginan kita untuk melepaskan diri dari jalannya dan memilih jala yang baik, maka dia berteriak kepada para pendukung dan pengikut dari bangsa jin dan manusia untuk mengobarkan semua kekuatan. Terkadang dengan cara membujuk untuk mengendorkan semangat kita. Bahkan dengan cara tanpa kita rasakan yaitu bisikannya yang halus; “nanti dulu”. Segala cara yang dalam pandangannya bisa berhasil menggagalkan tekad kita pasti akan dia pergunakan.
Kedua, Hawa. Ditilik dari dari segi terminologinya berarti kecenderungan kepada keinginan jiwa yang menyuruh pada kejelekan dengan mengerjakan maksiat, kemungkaran dan enggan untuk berbuat ketaatan. Kita pun dituntut untuk patuh pada perintah hawa, dan dia akan membawa kita sesuka dirinya. Dia memotori serta mengontrol tingkah laku kita agar sesuai dengan keinginannya yang selalu menyuruh pada kejelekan. Telah banyak korban berjatuhan hancur binasa karena hawa tersebut. Betapa banyak orang yang mati secara su’ul khatimah. Kita memohon kepada Allah pada Akhir nanti, mati secara husnul khatimah yang merupakan buah dari melepaskan diri dari hawa nafsu dan para pengikutnya.
Ketiga, Teman Yang buruk perangainya. Nabi Muhammad SAW. Telah mengumpamakan teman bergaul yang jahat bagaikan tukang pandai besi. Dalam haditsnya disebutkan;
مَثَلُ الْجَلِيْسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيْسِ السُّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيْرِ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يَحْذِيَكَ وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيْحًا طَيِّبَةً وَناَفِخُ الْكِيْرِ إِمَّا أَنْ يَحْرِقَ يِثَابَكَ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيْحًا خَبِيْثَةً (رواه البخاري والمسلم).
“perumpamaan teman bergaul yang baik dan teman bergaul yang jahat adalah seperti penjual minyak kasturi dan tukang pandai besi. Penjual minyak wangi bisa saja membei minyak atau kamu mendapatkan percikannya atau mendapat bau enak darinya. Adapun tukang pandai besi bisa saja membakar baju kamu atau kamu akan mencium bau tak sedap darinya.”
Tiga musuh itu (setan, hawa nafsu dan teman yang buruk perangainya) telah bersumpah setia dalam satu ikatan dan saling mendukung untuk mencapai tujuan mereka bersama. Orang yang berilmu akan pasti sadar akan hal ini. Adapun orang yang diberi akal tapi tidak berpikir, diberi hati tapi tidak memahami, diberi mata tapi tidak melihat dan diberi telinga tapi tidak mendengar, maka keadaan semacam ini telah dikuasai oleh hawa nafsu. Lantas apa bedanya dengan binatang, bahkan lebih hina dari padanya. “ Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah), mereka mempunyai mata, (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga, (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu bagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang lalai.” (QR. Al-A’raf: 179).
Akhirnya,
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ ثَبِّتْ قُلُوْبَنَا عَلَى دِيْنِكَ وَعلَى طَاعَتِكَ.
Wahai Dzat yang membolak-balikan hati, tetapkanlah hati kami dalam agama dan ketaatan kepada-Mu. Amin.