Selasa, 12 Mei 2009

PROSPEK DAN PENGEMBANGAN AGROBISNIS LEMBU DI INDONESIA

PROSPEK DAN PENGEMBANGAN AGROBISNIS LEMBU DI INDONESIA
Oleh: Syamsuri


A. Pendahuluan
Secara biologis, manusia dengan binatang ternak tidak memiliki perbedaan. Ke duanya merupakan jenis makhluk hidup yang berjenis hewan. Akan tetapi manusia boleh berbangga hati, karena Tuhan menganugerahinya akal fikiran yang membuat manusia bisa memanfaatkan binatang ternak, namun tidak sebaliknya. Secara anatomis manusia sebenarnya tidak benar bila berkagum-kagum diri, karena anggota-anggota tubuh yang dipunyainya, dipunyai pula oleh binatang ternak. Seperti misalnya lima jari yang ada pada manusia merupakan bagian dari pola asli kaki hewan ampibi purba, untuk itu maka ternak unggas pun memilikinya. Begitu pula dengan organ-organ tubuh lainnya, seperti kaki, telinga, alat reproduksi, mulut, hidung, dan lain sebagainya, sudah menjadi rahasia umum bahwa binatang ternak pun memilikinya. Apabila manusia berbangga dengan kepemilikan otak yang cerdas, maka manusia harus tahu bahwa gajah juga memilikinya, sehingga gajah terkenal sebagai binatang cerdas. Dan bila manusia jumawa karena matanya dapat membedakan warna-warna, maka manusia harus sadar bahwa kera pun dapat melakukannya, hal ini dibuktikan oleh adanya bintik kuning di retina matanya.
Apa yang membuat manusia harus berbangga dengan kemanusiaannya ?. ”Moralitas”. Moralitaslah yang membuat manusia menjadi benar-benar berbeda dengan binatang ternak. Bagi binatang ternak, hidup bebas sebebasnya tanpa aturan adalah pola hidupnya, akan tetapi bagi manusia alur hidupnya terkontrol oleh aturan tata nilai kebenaran, yang secara fitrah dipancarkan oleh hati nuraninya. Dan dengan akal fikirannya, manusia dapat mengendalikan tarikan instink biologis kebinatangannya, sehingga menjadi teratur berada dalam norma-norma yang ada. Tanpa moral, maka hidup manusia tidak lebih dari hidupnya seekor binatang ternak, bahkan menjaminkannya sebagai para penghuni neraka di akhirat kelak. Statment ini sangat sesuai dengan bunyi salah satu ayat suci al-qur’an yang menyatakan bahwa : “Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda dan kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu laksana binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.
Binatang ternak, cukup menarik untuk di pelajari, karena Allah SWT menaruh perhatian pula terhadap jenis binatang ini. Kita dapat membuktikannya dengan dapat ditemukannya secara khusus, surat yang dinamai dengan binatang ternak (Al-An’am), dan beberapa nama binatang ternak sebagai nama surat dalam kitab suci Al-qur’an. Binatang ternak juga menjadi sarana yang dijadikan oleh Allah SWT untuk “mendidik" para utusannya, karena berdasarkan hadits Nabi Muhammad SAW, kita mengetahui bahwa ternyata seluruh Rasul-Rasul Allah pernah menjadi seorang penggembala ternak, sebelum kemudian tampil sebagai penyampai ajaran-ajaran moral dan menjadi pembimbing bagi umat manusia. Ada apa dalam diri binatang ternak, sehingga sampai-sampai Allah SWT menaruh perhatian terhadap salah satu makhluk ciptaan-Nya ini.
Salah satu binatang ternak yang mempunyai prospek yang sangat besar di Negara Indonesia adalah Lembu, karena permintaan produk daging, susu maupun kulit terus meningkat, seirama dengan pertambahan penduduk dan perkembangan perekonomian nasional. Namun sangat disayangkan karena dalam beberapa dasawarsa terakhir ini impor ketiga produk tersebut cenderung terus meningkat, walaupun terjadi fluktuasi sebagai akibat adanya perubahan global maupun dinamika nasional.

B. Latarbelakang masalah
Setiap hari kita perlu makanan untuk memenuhi keperluan hidup kita. Sumber makanan berasal dari tanaman, ternak dan ikan. Tanaman kita makan sebagai sumber energi, dan vitamin. Produk ternak dan ikan kita konsumsi sebagai sumber protein, mineral dan energi. Jumlah populasi manusia dari hari kehari semakin bertambah, demikian juga keperluan akan makanannya. Lalu pertanyaannya, darimana makanan itu didapat?. Sebagian orang membeli dan sebagian memperoleh sendiri baik dari usaha budidaya maupun mencari bahan makanan dari hutan. Dengan demikian perlu ada orang yang menyediakan bahan makanan tersebut.
Penyediaan bahan makanan dari produk ternak memerlukan kegiatan budidaya, penyediaan sarana produksi, peraturan dan tataniaga hasil ternak. Kegiatan tersebut disebut dengan agribisnis ternak. Agribisnis ternak memberikan peluang kerja bagi orang yang memelihara, penyedia sarana, peneliti, pengolahan hasil ternak dan lain sebahagainya.
Pemeliharaan ternak atau peternakan mulai dilakukan sejak manusia ada di bumi. Pada zaman dulu manusia berburu binatang untuk di makan sebagai sumber protein. Sejalan dengan perkembangan waktu maka hewan liar mulai berkurang populasinya, bahkan beberapa jenis ternak mulai punah. Sejak itulah timbul usaha-usaha domestikasi binatang liar menjadi ternak piaraan yang jinak dan mudah dikendalikan. Bangsa Mesir memelihara ayam 3.000 tahun sebelum masehi dan bangsa China memelihara 300 tahun sebelum masehi. Dalam proses domestikasi tersebut telah dikembangkan mutu genetisnya sesuai dengan tujuan pemeliharaannya, sehingga performansnya telah berbeda dengan leluhurnya. Bahkan leluhur bangsa ternak banyak yang sudah punah.

C. Domestikasi Ternak di Indonesia
Kambing Kacang adalah salah satu kambing asli Indonesia. Kambing Kacang berbadan kecil dan mudah beradaptasi dengan lingkungan. Disamping itu, juga didatangkan Kambing Etawah dari India. Kambing Etawah, dipelihara untuk menghasilkan susu dan daging. Namun karena susu kambing kurang populer, perkembangan populasi Kambing Etawah kurang menggembirakan. Nenek moyang lembu di Indonesia adalah Banteng (Bos sundaicus) yang pada saat ini hanya ada di Taman Margasatwa Pangandaran, Jawa Barat, Meru Betiri, Jawa Timur dan Ujung Kulon, Banten.
Setelah mengalami domestikasi pada waktu yang lama kemudian di kenal dengan Lembu Bali. Selain Lembu Bali kita juga mengenal Lembu Madura yang merupakan hasil persilangan Lembu Zebu (India) dengan Banteng. Jenis Lembu lain yang banyak dibudidayakan masyarakat adalah Lembu Peranakan Ongole (PO) yang berasal dari India. Kerbau asli Indonesia adalah Kerbau Rawa (Bubalis bubalus) dan kerbau murah. Kerbau Rawa sering dimanfaatkan untuk mengolah tanah dan penghasil daging. Kerbau murah berasal dari India merupakan kerbau penghasil susu. Namun karena susu kerbau kurang popular maka populasi kerbau murah kurang berkembang. Populasi Ternak di Indonesia tertera pada Tabel 1.

No Ternak Populasi (ekor)
1 Lembu perah 362.313
2 Lembu potong 2,201,111
3 Kambing 14,201,111
4 Domba 8,543,206
5 Babi 7,086,709
6 Kuda 398,655
7 Ayam buras 298,431,917
8 Ayam ras petelur 95,477,601
9 Ayam broiler 972,221,463
10 Itik 34,812,057
Menurut data yang dikeluarkan BPS, memperlihatkan konsumsi daging lembu dan jeroan masyarakat Indonesia sebesar 2,14 kg/kap/tahun. Konsumsi tersebut sudah memperhiutngkan konsumsi daging dalam bentuk olahan seperti sosis, daging kaleng dan dendeng.
Asumsi
1. 1. Penduduk tahun sebesar 206,3 juta dengan tingkat pertumbuhan sebesar 1,49% per tahun
2. Populasi lembu lokal sebesar 11,6 juta ekor dengan tingkat pertumbuhan sebesar 14% per tahun.
3. Konsumsi daging sebesar 1,72 kg/kapita/tahun dengan peningkatan sebesar 0,1 kg/kapita/tahun.
4. Produksi daging lembu sebesar 350,7 ribu ton.
Proyeksi kebutuhan daging
* Th 2000 - Penduduk 206 juta orang
- Konsumsi 1,72 kg/kapita/tahun
- Produksi daging 350,7 ribu ton/tahun
- Pemotongan lembu 1,75 juta ekor/tahun
* Th 2010 - Penduduk 242, 4 juta orang
- Konsumsi 2,72 kg/kapita/tahun
- Produksi daging 654,4 ribu ton/tahun
- Pemotongan lembu 3,3 juta ekor/tahun (naik 88,6%)
* Th 2020 - Penduduk 281 juta orang
- Konsumsi 3,72 kg/kapita/tahun
- Produksi dagiing 1,04 juta ton/tahun
- Pemotongan lembu 5,2 juta ekor/tahun (naik 197%)
Sumber : Apfindo (Asosiasi Produsen Daging dan Feedlot Indonesia).

D. Jenis Lembu di Indonesia
Lembu adalah salah satu jenis ternak yang cukup dikenal oleh masyarakat luas. Beternak lembu mempunyai beberapa manfaat dan merupakan suatu usaha yang mempunyai prospek yang cukup menjanjikan. Lembu juga merupakan ternak yang paling berperan dalam memenuhi kebutuhan sumber protein hewani. Salah satu manfaat yang secara langsung dapat dirasakan pada kita semua adalah ternak lembu sangat bermanfaat bagi manusia sebagai sumber protein hewani yang paling besar yaitu sebagai penghasil daging dan sebagai penghasil air susu. Dengan kata lain dikatakan bahwa kebutuhan daging lembu meningkat sejajar dengan meningkatnya taraf hidup bangsa.
Lembu yang ada di dunia pada saat ini dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar yaitu kelompok lembu-lembu tropis dan kelompok lembu-lembu sub topis. Kelompok lembu tropis contohnya lembu Zebu, Bos sondaicus, lembu Bali dan lembu Madura. Sedangkan yang termasuk kelompok lembu sub tropis adalah lembu Aberdeen angus, lembu Hereford, lembu Shorthorn, lembu Charolais, lembu Simmental,lembu Frisien Holland, dan masih banyak lagi jenisnya.
Sedangkan berdasarkan tujuan dari pemeliharaan maka bangsa lembu dapat dibedakan beberapa tipe yaitu:

1. Lembu potong

Lembu tipe potong adalah lembulembu yang mempunyai kemampuan untuk memproduksi daging dengan cepat, pembentukan karkas baik dengan komposisi perbandingan protein dan lemak seimbang hingga umur tertentu. Lembu potong pada umumnya mempunyai ciri-ciri:
• Bentuk tubuh yang lurus dan padat
• Dalam dan lebar,
• Badannya berbentuk segi empat dengan semua bagian badan penuh berisi daging.
Lembu-lembu yang termasuk dalam tipe lembu potong diantaranya:
 Lembu Brahman; merupakan lembu yang berasal dari India, termasuk dalam Bos indicus, yang kemudian diekspor ke seluruh dunia.
 Lembu Ongole; Lembu Ongole berasal dari India, tepatnya di kabupaten Guntur, propinsi Andra Pradesh. Lembu ini menyebar keseluruh dunia termasuk Indonesia.
 Lembu Sumba Ongole (SO); Lembu ongole (Bos indicus) memerankan peran yang penting dalam sejarah lembu di Indonesia. Lembu jantan Ongole dibawa dari daerah Madras, India ke pulau Jawa, Madura dan Sumba. Di Sumba dikenal dengan lembu Sumba Ongole.
 Lembu Hereford; Lembu ini turunan dari lembu Eropa yang dikembangkan di Inggris, berat jantan rata-rata 900 kg dan berat betina 725 kg. Bulunya berwarna merah, kecuali bagian muka, dada, perut bawah dan ekor berwarna putih. Bentuk badan membulat panjang dengan ukuran lambung besar.
 Lembu Shorthorn; Lembu ini sama dengan Hereford yaitu dikembangkan di negara Inggris. Bobot lembu jantan 1100 kg dan lembu berina 850 kg. bulunya berbintik merah dan putih. Bentuk tubuh bagus dengan punggung lurus.
 Lembu Brangus; Lembu Brangus merupakan persilangan lembu betina Brahman dan pejantan Angus. Ciri khasnya adalah warna hitam dengan tanduk kecil.
 Lembu Aberden Angus; Lembu angus (Aberden Angus) berasal dari Inggris dan Skotlandia. Lembu ini tidak memiliki tanduk umur dewasa lembu Angus adalah 2 tahun, hasil karkas tinggi, sebagai penghasil daging dan tidak digunakan untuk menghasilkan susu.
 Lembu Santa Gartudis; Lembu ini persilangan dari lembu jantan Brahman dengan lembu betina Shorthorn, dikembangkan pertama kali di King Ranch Texas AS tahun 1943 dan pada tahun 1973 masuk ke Indonesia. Bobot.jantan.rata-rata.900.kg dan bobot betina.725.kg.
 Lembu Droughtmaster; Merupakan persilangan antara betina Brahman dengan jantan Shorthorn, dikembangkan di Australia. Banyak dijumpai di peternakan besar di Indonesia.
 Lembu Australian Commercial Cross; Lembu Australian Commercial Cross (ACC) yang digunakan sebagai lembu bakalan pada usaha penggemukan lembu di Indonesia merupakan hasil persilangan lembu-lembu di Australia yang tidak diketahui dengan jelas asal usul maupun proporsi darahnya.
 Lembu Sahiwal Cross;
Habitat asli lembu Holstein di Holland memang beda dengan kondisi Indonesia. Kondisi disini mencakup: iklim, fauna dan vegetasi sebagai pensuplai nutrisi (pakan).
 Lembu Limosin; Lembu Limousine merupakan keturunan lembu eropa yang berkembang di Perancis. Tingkat pertambahan .badan yang cepat perharinya 1,1.kg.
 Lembu Simmental
Lembu simental berasal dari Swiss, dipublikasikan pertama kali pada tahun 1806. Pemanfaatan lembu Simental untuk produksi susu, mentega (butter), keju dan daging serta dimanfaatkan untuk hewan penarik beban
 Lembu Peranakan Ongole
Lembu Peranakan Ongole (PO) merupakan persilangan antara lembu Ongole dengan lembu-lembu lokal yg ada di Jawa dan Sumatera.

2. Lembu pekerja
Lembu-lembu yang di masukkan dalam kelompok lembu tipe pekerja pada umumnya mempunyai tubuh yang besar, perototannya kuat, tulangnya kuat dan besar serta tidak ada pelekatan lemak dibawah kulit. Mempunyai kulit kuat dan tahan terhadap berbagai cuaca. Lembu-lembu asli dari Indonesia pada umumnya termasuk dalam kelompok lembu tipe pekerja, sebagai contoh lembu bali, lembu Madura dan lembu grati.

 Lembu bali; Lembu Bali mempunyai ciri-ciri khusus antara lain; warna bulu merah bata, tetapi yang jantan dewasa berubah menjadi hitam.
 Lembu Madura; Lembu Madura merupakan hasil persilangan lembu Bali (Bibos banteng), lembu Ongole (Bos indicus) dan lembu Jawa (bosjavanicus). Warna lembu merah kecoklatan tanpa warna putih di pantat.
 Lembu Grati; Lembu grati merupakan hasil persilangan lembu FH dengan lembu Jawa-ongole. Lembu Gratidikembangkan di dataran rendah di daerah Grati, Jawa Timur. Populasi lembu Grati sekitar 10.000 ekor.

3. Lembu perah
Lembu perah adalah lembu-lembu yang mempunyai kemampuan memproduksi air susu dalam jumlah yang cukup banyak. Lembu perah pada umumnya mempunyai bentuk tubuhbagian belakang melebar kesegala arah sehingga terdapat kebebasan untuk pertumbuhan ambing atau mempunyai bentuk trapesium. Jenis lembu perah anbtara lain:
o Lembu Friesian holstein (FH)
o Lembu Grati
o Lembu Jersey
o Lembu Sahiwal
o Lembu Brown swiss
o Lembu Guernsey
o Lembu Ayrshire
o Australian Illawara Shorthorn
o Lembu Autralian Milking Zebu.

E. Keperluan terhadap Produk ternak Lembu
Tantangan utama dalam pembangunan bangsa adalah menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang cerdas, sehat, berkualitas dan produktif. Kecerdasan dan kualitas suatu bangsa sangat berkolerasi dengan seberapa besar konsumsi protein hewani di suatu negara. Hal ini mengingat peran protein hewani dalam membentuk masyarakat yang sehat, cerdas, produktif dan berkualitas hamper tidak dapat digantikan oleh protein nabati. Di negara-negara maju dapat dipastikan konsumsi protein hewaninya sudah cukup tinggi.

1. Daging
Daging adalah sekumpulan otot yang melekat pada kerangka. Istilah daging dibedakan dengan karkas. Daging adalah bagian yang sudah tidak mengandung tulang, sedangkan karkas berupa daging yang belum dipisahkan dari tulang atau kerangkanya. Daging terdiri dari tiga komponen utama, yaitu jaringan otot (Muscle tissue), jaringan lemak (Adipose tissue), dan jaringan ikat (Connective tissue). Banyaknya jaringan ikat yang terkandung di dalam daging akan menentukan tingkat kealotan/kekerasan daging.
Keunggulan daging adalah mempunyai nilai gizi yang tinggi, sumber protein hewani yang diperlukan oleh tubuh dan sangat baik untuk pertumbuhan, dan salah satu komoditas perdagangan yang mempunyai nilai ekonomi yang sangat tinggi. Kandungan nutrisi daging dijelaskan pada Tabel 2. Daging segar dapat diolah menjadi produk lainnya seperti sosis, nugget, abon, dendeng, dan lain sebagainya. Tingkat konsumsi daging di Indonesia pada tahun 2006 mencapai 6,5 kg per kapita

No Komponen Lembu % Ayam % Domba % Itik %
1 Protein 17.5 20.2 15.7 16.2
2 Lemak 22.0 12.6 27.7 30.0
3 mineral 0.9 1.0 0.8 1.0
4 air 60.0 66.0 56.0 52.8
Hasil ternak dapat diolah menjadi produk makanan lainnya. Tujuan pengolahan ialah untuk mengawetkan produk agar tahan lama, memudahkan penyimpanan, meningkatkan nilai nutrisi, meningkatkan nilai jual. Makanan olahan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut; Daging diolah menjadi produk sosis, corned, nugget, dendeng,abon, burger, dan lain-lain.

2. Susu
Susu merupakan sekresi dari kelenjar ambing mamalia dari ternak ruminansia. Tujuan produksi susu adalah memberi makan kepada anak ternak mamalia. Pada ruminansia kelompok perah, misalnya jenis lembu Frisien Holstein (FH), produksi susunya melebihi jumlah susu yang dibutuhkan oleh anak lembu, kelebihan produksi susu tersebut dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia. Kebutuhan gizi anak ternak mamalia berbeda satu dengan lainnya, sehingga komposisi susu dari ternak yang satu berbeda dengan ternak lainnya.
Susu memiliki nilai gizi yang tinggi, tersusun dari sejumlah zat gizi yang lengkap, mempunyai perbandingan zat gizi yang ideal dibanding jenis makanan lain dan mudah diserap dalam 6 saluran pencernaan (koefisiencerna 100%). Komposisi kandungan nutrisi susu tertera pada Tabel 3.
Komposisi Nutrisi Susu beberapa Ternak dan Manusia

Ternak Total solid Lemak Protein kasar
Lembu eropa 12.60 3.80 3.35
Lembu Asia 13.45 4.97 3.18
Kambing 13.18 4.24 3.70
Manusia 12.57 3.75 1.63

Susu juga dapat diolah menjadi susu kental manis, susu bubuk, keju, cream, ice cream, yoghurt.
3. Kulit
Kulit dapat dimasak menjadi produk makanan dan produk bahan baku industri. Di bidang makanan, kulit diolah menjadi krupuk krecek/rambak, dan kerupuk kulit. Di bidang industry kulit disamak untuk bahan baku garmen antara lain jaket, sarung tangan, celana, rok, ikat pinggang, tas, dompet, sepatu, dan lain sebagainya.
Disamping menghasilkan produk utama daging, telur, susu, kulit dan bulu sektor peternakan juga memberikan kontribusi lainnya terhadap kehidupan manusia. Kontribusi tersebut antara lain.

4. Sumber tenaga
Pada beberapa tempat di Indonesia ternak kerbau dan lembu masih dimanfaatkan untuk membantu petani untuk mengolah sawah atau ladangnya. Untuk sawah yang lumpurnya dalam biasanya pengolahan tanahnya dengan kerbau, sedang untuk tanah yang dangkal dan berpasir menggunakan lembu. Namun dengan modernisasi mekanisasi pertanian peran tersebut banyak digantikan dengan hand traktor.



F. Kontribusi peternakan Lembu
Tingkat konsumsi susu dan daging di Indonesia masih rendah, sedangkan Keperluan tinggi sehingga terdapat peluang untuk usaha peternakan ruminansia. Ternak ruminansia besar yang utama adalah lembu perah, potong dan kerbau. Produk ternak ruminansia umumnya terdiri atas daging, susu, kulit, dan bulu. Kontribusi peternakan sebagai sumber protein hewani, sumber tenaga, pemanfaatan hasil limbah pertanian, hasil ikutan pertanian, dan menyerap tenaga kerja Disamping menghasilkan produk utama daging, telur, susu, kulit dan bulu sektor peternakan juga memberikan kontribusi lainnya terhadap kehidupan manusia. Kontribusi tersebut antara lain:
1. Sumber Tenaga
Pada beberapa tempat di Indonesia ternak kerbau dan lembu masih dimanfaatkan untuk membantu petani untuk mengolah sawah atau ladangnya. Untuk sawah yang lumpurnya dalam biasanya pengolahan tanahnya dengan kerbau, sedang untuk tanah yang dangkal dan berpasir menggunakan lembu. Namun dengan modernisasi mekanisasi pertanian peran tersebut banyak digantikan dengan hand traktor.
2. Pengguna Limbah Pertanian
Limbah hasil budidaya pertanian dapat dimanfaatkan untuk ternak ruminansia. Limbah tersebut sudah tidak bisa dikonsumsi oleh manusia. Limbah yang berasal dari tanaman misalnya batang jagung, jerami padi, dan lain-lain. Limbah yang berasal dari pengolahan hasil pertanian, misalnya: bulu ayam, tepung darah, bungkil kedelai, onggok singkong, ampas tahu dan lain-lain. Dengan dimanfaatkannya limbah tersebut maka efesiensi usaha tani menjadi meningkat.
3. Pemanfaat Hasil Ikutan Pertanian
Hasil ikutan usaha pertanian seperti dedak padi, dedak jagung, tetes tebu, bungkil kelapa sawit, dan lain-lain dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak. Dengan demikian petani dapat nilai ekonomi yang lebih banyak dari pemanfaatan tersebut.
4. Mendorong Industri Biji-bijian
Pakan ternak banyak menggunakan biji-bijian seperti jagung, kedelai, sorgum, kacang tanah, kapas dan lain-lain, keperluan tersebut mendorong industri bijibijian berkembang. Sampai saat ini Indonesia masih mengimpor jagung, dan bungkil kedelai yang dibutuhkan untuk pakan ternak.
5. Menyerap Tenaga Kerja
Usaha peternakan dapat menyerap tenaga kerja, baik sebagai peternak atau menyerap tenaga buruh. Daya serap sektor peternakan pada tahun 2005 sebanyak 2,576,940 orang.

G. Aspek Ekonomi Ternak Lembu
Tujuan pemeliharaan ternak adalah memberikan nilai ekonomi bagi peternak pemeliharanya. Semua factor dalam proses pengelolaan ternak juga harus dipertimbangkan secara ekonomi. Kandang yang merupakan investasi tetap dan jangka panjang harus dibuat yang kuat tetapi menggunakan bahan bangunan yang tidak terlalu mahal. Efisiensi penggunaan bangunan dilakukan dengan mengatur tata letak, dan merancang kapasitas bangunan dengan baik. Peralatan diperlukan peternak sebagai wahana kegiatan budidaya ternak dan alat bantu untuk meningkatkan produktifitas peternak yang berfungsi menurunkan biaya tenaga kerja. Sebagai wahana kegiatan budidaya peralatan terdiri dari tempat pakan, minum, peralatan kesehatan ternak dll. Peralatan peningkat produktifitas terdiri dari mesin pembuatan pakan, alat transportasi, mesin pemanen hasil ternak
Usaha peternakan merupakan salah satu profesi yang terus ada sejak dulu hingga sekarang. Kontribusinya terhadap perekonomian nasional cukup besar karena dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 2,6 juta orang. Pada program penggemukan lembu potong bias diperoleh keuntungan bersih per ekor sebesar 1-1,5 juta rupiah pertahun. Pada usaha lembu perah keuntungan yang dapat diperoleh perekor Rp10,000,000 selama 1 siklus usaha 6 tahun.
Dengan melihat aspek ekonomi tersebut, menunjukkan bahwa usaha perternakan cukup menjajikan sebagai salah satu profesi pekerjaan. Keuntungan tersebut akan lebih besar lagi kalau peternak dapat menurunkan biaya produksinya. Biaya produksi yang paling besar adalah komponen pakan yang terdiri dari hijauan pakan ternak dan konsentrat. Pada usaha pembibitan lembu potong harus dicari upaya-upaya menekan biaya produksi, karena harga produknya (pedet) relative murah yaitu sekitar 1,5-2 juta perekor. Biaya produksi pertahun harus diupayakan dibawah harga pedet tersebut, agar usaha pembibitan untung.

H. Pengolahan Usaha Ternak Lembu
Untuk dapat melakukan usaha peternakan maka diperlukan pengetahuan tentang teknis budidaya, manajemen dan kewirausahaan.
1. Teknis budidaya
Materi teknis budidaya ternak di kelompokan kedalam materi pembibitan, perkandangan, pakan, dan kesehatan ternak.
a.) Breeding (pembibitan)
Peternakan di Indonesia di klasifikasikan menjadi ternak unggas, ruminan dan ternak monogasrtik. Hewan yang masuk kelompok unggas antara lain ayam, itik, entok, puyuh, dan beberapa burung hias. Hewan kelompok ruminan terdiri dari lembu, kerbau, domba dan kambing. Sedangkan kelompok monogastrik terdiri dari babi dan kelinci. Pada setiap kelompok ternak memiliki bangsa, jenis dan strain yang berbeda. Setiap ternak memiliki potensi produksi yang berbeda pula, untuk itu pemilihan bibit ternak harus dilakukan secara teliti berdasarkan tujuan pemeliharaan ternak tersebut.
Disamping itu peningkatan performasi ternak dilakukan secara terus menerus melalui perbaikan mutu genetik agar dapat memberikan nilai ekonomis yang lebih baik bagi peternak pemeliharaannya.
b.) Perkandangan
Kandang berfungsi sebagai tempat tinggal ternak untuk melindungi dari pengaruh buruk iklim (hujan, panas, angin, temperatur) dan gangguan lainnya seperti hewan liar dan pencurian ternak. Agar ternak dapat berproduksi secara optimal maka kandang harus mampu memberikan tempat yang nyaman bagi ternak. Dalam pembuatan kandang ada tiga faktor yang harus dipertimbangkan yaitu factor biologis, faktor teknis dan ekonomis.

c.) Pakan
Ternak memerlukan nutrisi untuk melakukan aktifitas hidup pokok, pertumbuhan, berkembang dan produksi. Pada system pemeliharaan dimana ternak di kurung (ditempatkan) dalam suatu kandang maka kebutuhan pakan tergantung dari apa yang diberikan peternak kepada ternak tersebut. Pemenuhan kebutuhan tersebut harus di hitung secara teliti agar ternak dapat menunjukan performasi yang baik. Kekurangan nutrisi pada ternak akan mengakibatkan menurunnya performansi ternak artinya ternak tidak dapat berproduksi secara maksimal dan dalam bebrapa kasus ternak menderita defisiensi nutrisi yang menyebabkan ternak terganggu kesehatannya.
Dari factor ekonomi pemberian pakan menggunakan prinsip “Least cost formula”, yang artinya pakan yang kita berikan yang termurah agar dapat memberikan keuntungan yang optimal bagi peternak pemeliharaanya. Hal ini perlu di hitung secara ekonomi karena pakan merupakan komponen terbesar dari biaya produksi. Pada ternak unggas pakan yang diberikan berupa konsentrat yang disusun dari biji bijian, hasil ikutan produk pertanian (dedak,onggok dll), tepung ikan/daging,vitamin dan mineral. Pakan ternak ternak ruminansia merupakan kombinasi hijauan dan konsentrat.

d.) Kesehatan ternak
Penyakit pada ternak disebabkan oleh faktor langsung dan tidak langsung. Faktor langsung terdiri dari stress, kedinginan, ventilasi buruk, populasi tinggi, tidak cukup tempat pakan-minum. Faktor langsung di klasifikasikan menjadi penyakit infeksi dan noninfeksi. Penyakit infeksi disebabkan oleh virus, bakteri, protozoa, dan fungi (cendawan), sedangkan penyakit noninfeksi disebabkan oleh aspergilus, tanaman beracun, perubahan pakan yang drastis, hijauan muda dll .
Pencegahan penyakit ternak lebih diutamakan dari pada pengobatan penyakit. Hal ini disebabkan biaya pengobatan lebih mahal dari biaya pencegahan, dan ternak yang sudah sembuh dari sakit biasanya tidak dapat berproduksi secara optimal. Ternak yang sakit juga bisa menulari manusia seperti yang terjadi akhhir-akhir ini, penyakit flu burung (Avian Influenza) dapat menyebabkan kematian pada manusia. Cara pencegahan penyakit dilakukan dengan vaksinasi, menghindari faktor penyebab stress, hindari penyebab penyakit non infeksi, pemberian antibiotik, sanitasi, dll
Pengobatan ternak sakit tergantung dari penyebab penyakitnya. Bagi ternak yang stress dapat diberikan obat anti stres, penyakit infeksi biasanya diobati dengan antibiotika, penyakit yang disebabkan oleh virus sampai saat ini belum ada obat yang efektif untuk mengobati.

2. Manajemen
Usaha peternakan seperti halnya bidang usaha yang lain membutuhkan pengelolaan aspek-aspek usaha didalamnya. Pada perusahaan yang kecil dan menengah terdapat factor karyawan yang mengerjakan kegiatan usaha tersebut, memerlukan modal, aktifitas jual beli, keuangan, dan sumberdaya lainnya. Faktor-faktor tersebut perlu dikelola agar usaha peternakan mendatangkan keuntungan bagi pemilik usaha peternakan tersebut. Secara garis besar faktor-faktor tersebut dapat di kelompokkan menjadi pengelolaan sumber daya manusia, keuangan dan pemasaran dan sumberdaya lainnya.

3. Kewirausahaan
Sebelum istilah kewirausahaan populer seperti sekarang ini, dulu sudah di kenal istilah wiraswasta. Kata wiraswasta berasal dari Wira yang artinya utama, gagah, berani, luhu, teladan atau pejuang. Sedang kata swa berarti sendiri dan sta berarti berdiri. Jadi wiraswasta berarti pejuang yang utama, gagah, luhur, berani dan layak menjadi teladan dalam bidang usaha dengan landasan berdiri di atas kaki sendiri.
Kewirausahaan adalah kesatuan terpadu dari semangat, nilai-nilai dan prinsip serta sikap yang kuat, seni dan tindakan nyata yang sangat perlu, tepat dan unggul dalam menangani dan mengembangkan suatu perusahaan atau kegiatan lain yang mengarah pada pelayanan terbaik kepada pelanggan termasuk masyarakat, bangsa dan negara. Sedangkan orang yang melakukan usaha disebut dengan wirausahawan.
Pengertian wirausahawan sebagai seseorang yang mengorganisir, mengatur, dan menanggung resiko suatu bisnis atau perusahaan. Orang yang mau mengelola usaha peternakan agar berhasil haruslah memiliki jiwa kewirausahaan. Usaha peternakan seperti halnya jenis usaha yang lain juga membutuhkan wirausahawan yang handal. Ciri-ciri wirausahawan yang handal antara lain: percaya diri, mandiri, mencari dan menangkap peluang usaha, bekerja keras dan tekun, mampu berkomunikasi dan negosiasi, jujur, hemat, di siplin, mencintai kegiatan usahanya, mau mengembangkan kapasitas dirinya, memotivasi orang lain, mengenal lingkungan dan bekerjasama dengan pihak lainnya.

I. Tata laksanan pemeliharaan
1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
Kandang dapat dibuat dalam bentuk ganda atau tunggal, tergantung dari jumlah lembu yang dimiliki. Pada kandang tipe tunggal, penempatan lembu dilakukan pada satu baris atau satu jajaran, sementara kandang yang bertipe ganda penempatannya dilakukan pada dua jajaran yang saling berhadapan atau saling bertolak belakang. Diantara kedua jajaran tersebut biasanya dibuat jalur untuk jalan.
Pembuatan kandang untuk tujuan penggemukan (kereman) biasanya berbentuk tunggal apabila kapasitas ternak yang dipelihara hanya sedikit. Namun, apabila kegiatan penggemukan lembu ditujukan untuk komersial, ukuran kandang harus lebih luas dan lebih besar sehingga dapat menampung jumlah lembu yang lebih banyak. Lantai kandang harus diusahakan tetap bersih guna mencegah timbulnya berbagai penyakit. Lantai terbuat dari tanah padat atau semen, dan mudah dibersihkan dari kotoran lembu. Lantai tanah dialasi dengan jerami kering sebagai alas kandang yang hangat. Seluruh bagian kandang dan peralatan yang pernah dipakai harus disuci hamakan terlebih dahulu dengan desinfektan, seperti creolin, lysol, dan bahanbahan lainnya.
Ukuran kandang yang dibuat untuk seekor lembu jantan dewasa adalah 1,5x2 m atau 2,5x2 m, sedangkan untuk lembu betina dewasa adalah 1,8x2 m dan untuk anak lembu cukup 1,5x1 m per ekor, dengan tinggi atas + 2-2,5 m dari tanah. Temperatur di sekitar kandang 25-40 derajat C (rata-rata 33 derajat C) dan kelembaban 75%. Lokasi pemeliharaan dapat dilakukan pada dataran rendah (100-500 m) hingga dataran tinggi (> 500 m).

2. Pembibitan
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh bibit lembu perah betina dewasa adalah: (a) produksi susu tinggi, (b) umur 3,5-4,5 tahun dan sudah pernah beranak, (c) berasal dari induk dan pejantan yang mempunyai keturunan produksi susu tinggi, (d) bentuk tubuhnya seperti baji, (e) matanya bercahaya, punggung lurus, bentuk kepala baik, jarak kaki depan atau kaki belakang cukup lebar serta kaki kuat, (f) ambing cukup besar, pertautan pada tubuh cukup baik, apabila diraba lunak, kulit halus, vena susu banyak, panjang dan berkelokkelok, puting susu tidak lebih dari 4, terletak dalam segi empat yang simetris dan tidak terlalu pendek, (g) tubuh sehat dan bukan sebagai pembawa penyakit menular, dan (h) tiap tahun beranak.
Sementara calon induk yang baik antara lain: (a) berasal dari induk yang menghasilkan air susu tinggi, (b) kepala dan leher sedikit panjang, pundak tajam, badan cukup panjang, punggung dan pinggul rata, dada dalam dan pinggul lebar, (c) jarak antara kedua kaki belakang dan kedua kaki depan cukup lebar, (d) pertumbuhan ambing dan puting baik, (e) jumlah puting tidak lebih dari 4 dan letaknya simetris, serta (f) sehat dan tidak cacat.
Pejantan yang baik harus memenuhi kriteria sebagai berikut: (a) umur sekitar 4- 5 tahun, (b) memiliki kesuburan tinggi, (c) daya menurunkan sifat produksi yang tinggi kepada anak-anaknya, (d) berasal dari induk dan pejantan yang baik, (e) besar badannya sesuai dengan umur, kuat, dan mempunyai sifat-sifat pejantan yang baik, (f) kepala lebar, leher besar, pinggang lebar, punggung kuat, (g) muka sedikit panjang, pundak sedikit tajam dan lebar, (h) paha rata dan cukup terpisah, (i) dada lebar dan jarak antara tulang rusuknya cukup lebar, (j) badan panjang, dada dalam, lingkar dada dan lingkar perut besar, serta (k) sehat, bebas dari penyakit menular dan tidak menurunkan cacat pada keturunannya.
1.1 Pemilihan Bibit dan Calon Induk
Untuk mengejar produktivitas ternak yang tinggi, diperlukan perbaikan lingkungan hidup dan peningkatan mutu genetik ternak yang bersangkutan. Bibit yang baru datang harus dikarantina untuk penularan penyakit. Kemudian bibit diberi minum air yang dicampur garam dapur, ditempatkan dalam kandang yang bersih dan ditimbang serta dicatat penampilannya.
1.2 Perawatan Bibit dan Calon Induk
Seluruh lembu perah dara yang belum menunjukkan tanda-tanda birahi atau belum bunting setelah suatu periode tertentu, harus disisihkan. Jika lembu yang disisihkan tersebut telah menghasilkan susu, lembu diseleksi kembali berdasarkan produksi susunya, kecenderungan terkena radang ambing dan temperamennya.
1.3 Sistim Pemuliabiakan
Seringkali lembu perah dara dikawinkan dengan pejantan pedaging untuk mengurangi risiko kesulitan lahir dan baru setelah menghasilkan anak satu dikawinkan dengan pejantan lembu perah pilihan. Bibit harus diberi kesempatan untuk bergerak aktif paling tidak 2 jam setiap hari.

3. Pemeliharaan
1) Sanitasi dan Tindakan Preventif
Pada pemeliharaan secara intensif lembu-lembu dikandangkan sehingga peternak mudah mengawasinya, sementara pemeliharaan secara ekstensif pengawasannya sulit dilakukan karena lembu-lembu yang dipelihara dibiarkan hidup bebas. Lembu perah yang dipelihara dalam naungan (ruangan) memiliki konsepsi produksi yang lebih tinggi (19%) dan produksi susunya 11% lebih banyak daripada tanpa naungan. Bibit yang sakit segera diobati karena dan bibit yang menjelang beranak dikering kandangkan selama 1-2 bulan.
2) Perawatan Ternak
Ternak dimandikan 2 hari sekali. Seluruh lembu induk dimandikan setiap hari setelah kandang dibersihkan dan sebelum pemerahan susu. Kandang harus dibersihkan setiap hari, kotoran kandang ditempatkan pada penampungan khusus sehingga dapat diolah menjadi pupuk. Setelah kandang dibersihkan, sebaiknya lantainya diberi tilam sebagai alas lantai yang umumnya terbuat dari jerami atau sisa-sisa pakan hijauan (seminggu sekali tilam tersebut harus dibongkar). Penimbangan dilakukan sejak lembu pedet hingga usia dewasa. Lembu pedet ditimbang seminggu sekali sementara lembu dewasa ditimbang setiap bulan atau 3 bulan sekali. Lembu yang baru dilembuh ditimbang sebulan sekali. Lembu dewasa dapat ditimbang dengan melakukan taksiran pengukuran berdasarkan lingkar dan lebar dada, panjang badan dan tinggi pundak.
3) Pemberian Pakan
Pemberian pakan pada lembu dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu:
a) sistem penggembalaan (pasture fattening)
b) kereman (dry lot fattening)
c) kombinasi cara pertama dan kedua.
Pakan yang diberikan berupa hijauan dan konsentrat. Hijauan yang berupa jerami padi, pucuk daun tebu, lamtoro, alfalfa, rumput gajah, rumput benggala atau rumput raja. Hijauan diberikan siang hari setelah pemerahan sebanyak 30-50 kg/ekor/hari. Pakan berupa rumput bagi lembu dewasa umumnya diberikan sebanyak 10% dari bobot badan (BB) dan pakan tambahan sebanyak 1-2% dari BB.
Lembu yang sedang menyusui (laktasi) memerlukan makanan tambahan sebesar 25% hijauan dan konsentrat dalam ransumnya. Hijauan yang berupa rumput segar sebaiknya ditambah dengan jenis kacang-kacangan (legum).
Sumber karbohidrat berupa dedak halus atau bekatul, ampas tahu, gaplek, dan bungkil kelapa serta mineral (sebagai penguat) yang berupa garam dapur, kapur, dll. Pemberian pakan konsentrat sebaiknya diberikan pada pagi hari dan sore hari sebelum lembu diperah sebanyak 1-2 kg/ekor/hari. Selain makanan, lembu harus diberi air minum sebanyak 10% dari berat badan per hari.
Pemeliharaan utama adalah pemberian pakan yang cukup dan berkualitas, serta menjaga kebersihan kandang dan kesehatan ternak yang dipelihara. Pemberian pakan secara kereman dikombinasikan dengan penggembalaan Di awal musim kemarau, setiap hari lembu digembalakan. Di musim hujan lembu dikandangkan dan pakan diberikan menurut jatah. Penggembalaan bertujuan pula untuk memberi kesempatan bergerak pada lembu guna memperkuat kakinya.
4) Pemeliharaan Kandang
Kotoran ditimbun di tempat lain agar mengalami proses fermentasi (+1-2 minggu) dan berubah menjadi pupuk kandang yang sudah matang dan baik. Kandang lembu tidak boleh tertutup rapat (agak terbuka) agar sirkulasi udara didalamnya berjalan lancar. Air minum yang bersih harus tersedia setiap saat. Tempat pakan dan minum sebaiknya dibuat di luar kandang tetapi masih di bawah atap. Tempat pakan dibuat agak lebih tinggi agar pakan yang diberikan tidak diinjak-injak atau tercampur dengan kotoran. Sementara tempat air minum sebaiknya dibuat permanen berupa bak semen dan sedikit lebih tinggi daripada permukaan lantai. Sediakan pula peralatan untuk memandikan lembu.



J. Penutup
Ternak lembu memiliki peran penting dan peluang pasar yang menggembirakan karena merupakan ternak unggulan penghasil daging nasional. Di beberapa daerah, pemeliharaan lembu dilakukan secara terpadu dengan tanaman yang dikenal dengan sistem integrasi ternak-tanaman. Beberapa pola integrasi yang biasa dijumpai adalah lembu-jagung serta lembu-kelapa. lembu umumnya diusahakan secara tradisional atau sambilan sehingga produktivitasnya rendah.
Oleh karena itu, upaya untuk memberdayakan petani-peternak lembu di wilayah tersebut penting dilakukan karena memelihara lembu banyak dilakukan oleh petani-peternak setempat. Pengembangan usaha ternak perlu ditunjang dengan kebijakan pemerintah yang relevan sehingga memberikan dampak positif terhadap peningkatan kesejahteraan petani-peternak. Integrasi ternak lembu-tanaman dapat meningkatkan pendapatan petani maupun pemerintah, memperbaiki kesuburan tanah, menyediakan sekaligus meningkatkan produktivitas pakan, selain sebagai sumber pendapatan tambahan melalui penjualan pupuk kompos dan penyewaan tenaga kerja ternak.
Pengembangan usaha ternak lembu dapat dilakukan dengan memberdayakan sumber daya lokal. Keberhasilan pengembangan usaha tani integrasi ternak lembu-tanaman antara lain ditentukan oleh kerja sama antara petanipeternak dan pemerintah melalui pendekatan kelompok.

K. Referensi

Bambang Winarso (2004) Prospek Pengembangan Usaha Ternak Lembu Potong Di Kalimantan Timur. Pusat Penelitian dan pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Peneliti dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Indonesia.
Catur Priyo Nugroho (1008) Agribisnis Ternak Ruminansia, Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional.
Devendra, B Agric dan M. Agric (1982) Asas Sains Haiwan. Kuala Lumpur: Dewan Pustaka.
Everett James Warwick & James Edward Legates (1993) Pembiakbakaan dan Pembiakbiakan Haiwan Ternakan. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.
Nuraeni dan Purwanta (2006) Potensi Sumber Daya Dan Analisis Pendapatan Usaha Peternakan Lembu Perah Di Kabupaten Sinjai. Jurnal Agrisistem. Vol: 2. No. 1
Rashid Abdullah (1991) Penternakan. Kuala Lumpur: Yeophrinco. Sdn Bhd.
Wan Hassan wan Embong (1990) Pengeluaran Tenusu Di Malaysia. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.
Yusof Hamali Ahmad, Mohd Ariff Omar & Wan Zahari Mohamed (1990) Peternakan Secara Fidlot. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.





0 komentar:

Posting Komentar