Kamis, 21 Agustus 2008

Never Give Up (jangan mengeluh)

Sutau hari Rasulullah SAW kedatangan seorang sahabat yang miskin dan lusuh, tangannya hitam dan melepuh. Rasulullah SAW kaget atas hal tersebut. Kemudian beliau bertanya “wahai sahabat, apa yang menyebabkan tanganmu melepuh dan lusuh?” sahabat menjawab “tangan saya melepuh dan lusuh karena saya bekerja sebagai tukang cangkul dan tukang gali”. Kemudian Rasulullah SAW meraih tangan tersebut lalu menciumnya. Masya Allah!!!.

Kisah diatas adalah bukti penghormatan Rasulullah kepada umatnya yang bekerja keras, ulet dan pantang menyerah terhadap tantangan alam dan zaman. Ketabahan, keuletan dan sikap pantang menyerah adalah ciri-ciri etos kerja umat muslim. Sebagaimana firman Allah dalam Al-qur’an “……dan janganlah kamu berputus asa atas datangnya rahmat Allah, sesungguhnya tiada yang berputus asa dari rahmat Allah melainkan orang kafir”. Yusuf:87.
“Age wrinkles the body. Quitting wrinkles the soul”. Umur membuat tubuh menjadi keriput. Dan gampang meyerah membuat jiwa menjadi keriput. Pada dasarnya Orang yang malas dan gampang menyerah, mereka sedang menggali kuburan kenistaan untuk dirinya sendiri. Bahkan orang muslim yang malas dapat menjadi budaknya orang-orang yang bekerja keras dan pantang menyerah, walapun dia kafir.
Sesungguhnya, kemuliaan dan kebahagiaan hanylah akan didapat setelah kita bekerja keras, ulet dan pantang meneyerah. Itulah hukum alam, bahkan sudah menjadi sunnatullah. Sunnatullah itu bersifat universal. Sifat seperti ini telah dimiliki seluruh manusia di muka bumi ini, walaupun ia bukan umat islam. Kita akan selalu merasakannya dalam diri kita masing-masing, kapanpun dan dimanapin kita berada.
Untuk mencapai kesuksesan dalam bidang apapun, tidak ada yang bisa menglahkan keuletan, kerja keras dan sikap pantang menyerah. Bakat dan talenta tidak banyak berperan, karena banyak sekali orang berbakat tetapi tidak berhasil. Kejeniusan juga tidak, karena kejaniusan yang sia-sia dan sudah sangat umum, sehingga hampir menjadi peribahasa. Pendidikan juga tidak, karena dunia ini penuh dengan pecundang yang berpendidikan. Hanya sikap ulet dan pantang menyerahlah yang selama in iampuh tuk meraih kesuksesan dan kebahagiaan.
Keuletan dan pantang menyerah belum cukup, hal ini harus diseimbangi dengan kesabaran dan ketabahan yang prima. Karena kesabaran dan ketabahan yang prima dapat menimbulkan suatu kejaiban yang bisa menghilangkan kesulitan dan rintangan yang ada pada diri kita. Dengan itu semua, segala bentuk penghalang kesuksesan siap untuk diterjang dan dihancurkan.
Penghalang-penghalang kesuksesan tersebut pada dasarnya berasal dari manusia itu sendiri. Yaitu berupa ketakutan, keraguan, dan kekhawatiran, bahkan masih banyak lagi. Penghalang-penghalang itu sebenarnya diciptakan oleh kita sendiri, baik secara sadar ataupun tudak sadar. Ibarat gembok pintu yang dipasang oleh manusia, sedangkan ia tekurung didalamnya pintu tersebut.
Adapun gembok-gembok itu adalah perasaan: tidak mungkin, tidak bisa, belum berpengalaman, tidak yakin, terlalu tua, lagi krisis, pemdidikan belum cukup dan lain sebagainya.
Awalnya gembok-gembok itu adalah “judul “ daripada serangkaian pengalaman manusai. Namun, kemudian berubah menjadi pagar-pagar yang menghalangi perjalanan kita dalam meraih kesuksesan. Karena gembok yang dibiarkan mengendap lama, kemudian berubah menjadi kebiasaan dan membentuk keyakinan, akhirnya menjadi gembok.
Seperti halnya belajar bermain gitar, tangannya minta dipaksa dan disakiti. Begitu juga dengan orang yang berlatih sepeda, tidak terbayangkan sebelumnya bahwa roda dua bisa dinaiki dengan keseimbangan. Sebelum Wright bersaudara berhasil mencoba pesawat terbangya pada tahun 1903, ia tidak membayanglan bahwa manusia bisa terbang. Semua penolakan dari dalam itulah yang dinamakan gembok.
Keyakinan Columbus, bahwa kalau dia berlayar terus ke barat, maka ia akan kembali lagi ketempat semula (bumi itu bulat), hampir semua orang meneriakinya dan mengatakan bahwa dia itu gila, karena hal itu tidak mungkin. Sebenarnya, hampir semua orang pada waktu tergembok oleh keyakinan mereka masing-masing, bahwa bumi itu datar.
Begitu juga dengan Thomas Alfa Edison, terlalu banyak orang memberi judil bahwa ia tidak bisa pada awal penelitiannya. Apalagi setelah tiga tahun tidak menghasilkan apa-apa. Sudah lebih dari 1900 bola lampu yan telah ia coba, tapi belum ada satupun yang menyala. Yang menyedihkan lagi, laboratoriumnya terbakar, ketika itu ia berumur 60 tahun. Tapi ia tidak menyerah. Dengan keuletan dan kerja keras, akhirnya saat ini hampir 80 % selurh penduduk di bumni ini menikmati hasilnya.
Serupa dengan Kolonel Sanders. Ketika ia berumur 65 tahun, ia digembok dengan perasaan ”terlalu tua”. Padahal ia tidak saja berhasil berkembang dengan KentuckyFried Chiken-nya (sekarang KFC), tetapi ia juga menjadi pioneer dalam bisnis franchise, sekaligus ia mengubah selera dunia akan ayam goreng.
Beberapa tahun lalu, ketika semua orang berandai-andai untuk bisa menul;is surat, kemudian bisa dibaca beberapa saat setelah itu oleh penerima, hampir semua orang megatakan itu adlah hal yang tidak mungkin. Tapi, ketika SMS sudah menjadi mainan anak-anak, judulnya sekarng berubah. Begitu pun ketika ada ide telepon tanpa kabel, hampir semua orang bilang tidak mungkin. Tapi sekarang, ketika tukang ojek sudah punya HP (mobile), judul itu kembali berubah.
Semua orang di Carolina, Amerika Serikat, menertawakan Wright bersaudara, Orville dan Wilbur Wright, disaat mereka menyusun rangkaian pesawat yang diharapak bisa terbang membawa manusia. Mereka tidak percaya, karena ia hanyalah seorang reparasi sepeda. Tanpa pendidikan unversitas dan tidak mempunyai ilmu acrodinamika. Sebelumnya pikiran itu sudah tergembok dengan apa yang mereka lihat tiga bulan sebelum itu, bahwa seeorang professor matematika, ahli acrodinamika dan juga seorang astronom, kemudian dibantu oleh puluhan mekanik permesinan dan dibiayai oleh Departeman Pertahanan Amerika untuk membuat pesawat terbang, ternyata gagal dan menghentikan usahanya. Professor itu adalah Samuel P. Langley. Dengan dukungan dana sebesar U$ 50.000 (pada waktu itu), para peneliti mulai menciptakan kapal terbang pada pertengaahan tahun 1890.
Pada tanggal 8 oktober 1903, dihadapan para pengamat dan wartawan, pesawat yang sanagt mahal dan pretisius itu diberi nam Aerodrome, kemudian diuji dengan menerbangkannya. Ternyata gagal dan hanya tersungkur ke tanah. Delapan minggu kemudian, di tengah kritikan yang sangat pedas, akhirnya aerodrome diuji kembali, wal hasil gagal lagi. Lalu Professor Langley menyerah dan menghentikan penelitiannya. Beberapa hari kemudian, tanggal 17 Desember 1903, Orville dan Wilbur Wright –tak berpendidikan, tak dikenal, tak ada yang membiayai- berhasil menerbangkan pesawat mereka “Flyer I” diatas gurun pasir, di Kitty Hawk, Carolina Utara. Dan sekarang, Wright bersaudara dkenal sebagai penemu pesawat terbang.
Perebedaaan antara Profesor Langley dan Wright adalah bagaimana cara mereka menyikapi suatu kegagalan. Professor Langley putus asa dan menyerah, sementara Wright bersaudara terus berusaha keras dan tidak menyerah begitu saja.
Komunitas Yahudi, Singapura, Jepang dan hampir semua bangsa bisa maju, hal ini disebabkan karena mereka tidak mengenal rasa putus asa dan mereka pantang menyerah dalam menghadapi segala macam tantangan dan rintangan yang ada. Itulah sunaatullah. Karakter seperti itulah yang diajarkan Al-qur’an kepada setiap manusia di bumi ini.

1 komentar:

  1. subhanallah...
    ya betul.
    ana kagum dengan tulisan diatas menyadarkan saya
    yang selama ini terlena.

    BalasHapus