Kamis, 21 Agustus 2008

Tips Terampil memainkan Hidup

Hidup bagaikan sebuah ketrampilan. Ia dapat dirasakan lebih bermakna hanya bagi orang-orang yang terampil dalam memainkan hidupnya. Ibarat seseorang yang mengendarai kendaraan. Ia akan mampu menikmati perjalanan jika mampu mengendarai kendaraanya dengan terampil pula. Begitu juga seseorang dapat dikatakan mampu berbicara dengan baik jika ia terampil memilih kata-kata sehingga terampil berbahasa dengan baik.
Sedangkan untuk dapat terampil hidup yang dibutuhkan adalah ilmu dan latihan. Segala sesuatu memiliki ilmunya tersendiri, setelah ilmu itu kita miliki, selanjutnya adalah latihan. Karena hidup tidak lain merupakan proses latihan dengan pembelajaran yang tiada henti untuk menjadi lebih baik. "Life is a never ending learning process". Maka katakanlah pada diri kita, bahwa kita masih dalam proses pembelajaran untuk menjadi lebih baik. Dan barangsiapa yang mencintai dua hal tersebut ia akan tahu arti sebuah kesuksesan dalam hidup.
Masalah yang dihadapi bangsa ini adalah kurang mampunya mengolah ketrampilan hidup. Terbukti kurang lebih 40 juta dari penduduk Indonesia yang masih menganggur. Salah satu contoh dalam menentukan tujuan dan cita-cita. Bagaimana menjadikan bangsa lebih maju jika untuk menentukan tujuan dan cita-cita hidup pun masih kesulitan: apa yang harus saya lakukan esok hari? Apa yang harus saya capai untuk satu atau dua tahun mendatang?. Walaupun sebagian orang sudah punya tujuan dan cita-cita, tapi ternyata tujuan dan cita-citanya itu salah. Hanya mencari kekayaan dunia, tanpa mempedulikan tujuan hidup di akhirat yang lebih kekal. Rosul bersabda melalui hadis yang diriwayatkan Tirmidzi bahwa kekayaan sesungguhnya bukanlah terdapat pada kekayaan materi, tapi kekayaan yang sebenarnya adalah kaya hati.
Untuk dapat menuju Indonesia yang maju haruslah diawali dengan sukses pribadi sehingga membentuk kesuksesan berbangsa. Karena sukses berbangsa harus di awali dengan sukses pribadi.
Lalu apa yang harus kita lakukan untuk dapat hidup lebih bermakna?. Pertama yang harus kita lakukan adalah terampil merumuskan tujuan dan cita-cita hidup. Kita tidak akan sukses jika tidak memiliki tujuan hidup yang akan dituju. Orang yang memiliki tujuan dan cita-cita hidup yang jelas dan benarlah yang akan mampu mengolah waktunya 24 jam menjadi lebih efektif, karena Ia tahu akan arti kepentingan dari waktu yang sangat berharga. Ibarat orang yang bersungguh-sungguh mempersiapkan semua yang dibutuhkannya ketika mengetahui pemberangkatan kereta api pada jam delapan pagi.
Untuk dapat menentukan tujuan dan cita-cita hidup, kita harus menyadari bahwa Allah menciptakan manusia dengan penuh pertimbangan dan perhitungan yang cermat dengan segala potensi dan hak yang sama untuk sukses. "Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya" (QS. At-Tien: 4). Kita baca perlahan-lahan potensi diri kita masing-masing, kemudian setelah mengetahui potensi kita masing-masing, beranilah untuk berbuat dan menanggung resiko selama kita yakin baik bagi diri kita. Bukanlah kegagalan orang yang mau mencoba, tapi orang yang gagal yang sebenarnya adalah orang yang tidak mau mencoba. Sedangkan orang yang mau mencoba dan berbuat, akan mendapatkan pengalaman-pengalaman dari kegagalannya sebagai bekal hidupnya.
Kita syukuri nikmat-nikmat yang ada pada diri kita. Telinga yang bisa mendengar, mata yang bisa melihat, otak yang mampu berpikir, itu semuanya merupakan anugrah potensi yang diberikan kepada manusia. Salah satu contoh bahwa yakin, tak ada satupun manusia yang mau menjual anggota tubuhnya, baik hidung, tangan, atapun yang lainnya, dengan harga berapa pun. Maka diri kita adalah modal sukses pertama yang harus kita syukuri.
Banyak orang yang minder karena selalu merasa kurang, padahal kalau dipikir-pikir lebih baik kita mensyukuri yang ada daripada kita mengeluh dengan apa yang tidak ada pada diri kita. Dan Allah Mahatahu apa yang paling baik untuk hambanya, hanya saja terkadang kita sendiri kurang mampu menyingkap hikmah yang sudah ditentukan untuk diri kita. Allah berfirman: "Mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak." (QS. An-Nisa': 19)
Kedua, terampil menyusun rencana sebagai prosesnya. Setelah mengetahui tujuan hidup dan cita-cita kita, dari akan ke mana kita melangkah, jalan mana yang akan dilalui, kemudian selanjutnya adalah kita harus terampil menyusun rencana sebagai proses pencapaiannya.
Kalau kita mau merenung, banyak sekali waktu kita yang telah tebuang dengan sia-sia karena tidak terprogram sebelumnya. Setiap hari kita menonton TV, ngobrol yang tidak berarti, yang mana kita tanpa terencana, sehingga waktu terbuang dengan sia-sia. Padahal waktu adalah anugrah yang sangat berharga kepada manusia yang tidak akan kembali setiap detik yang telah terlewatkan. Jangankan untuk dapat mengarungi hidup yang lebih kompleks, untuk dapat membuat membuat terlur dadar saja membutuhkan proses, apalagi masa depan yang jangkauanya lebih panjang.
Ketiga, terampil konsisten dan istiqomah. Setelah terampil menyusun rencana sebagai prosesnya, kita harus terampil konsisten dan istiqomah dengan apa yang kita rencanakan dan konsisten dengan kebenaran yang kita yakini. Banyak orang menjadi lemah karena karena tidak memiliki prinsip yang kuat, sehingga ia hanya mengikuti orang-orang yang di sekelilingnya tanpa mengikuti kata hati. Padahal pribadi yang outentik adalah pribadi yang bertanggungjawab terhadap apa yang ada pada dirinya sendiri dan terhadap masa depan pribadinya. Dana salah satu orang yang tidak memiliki prinsip dan tidak konsisten dengan prinsipnya adalah mudah tersinggung dan sakit hati dengan apa yang dikatakan orang lain tentang dirinya. Kalau kita berpikir positif, kita akan menjadikan perkataan tersebut sebagai feed back (umpan balik) untuk mencapai kesuksesan kita.
Keempat, terampil tawakkal kepada Allah. Setelah memiliki tiga ketrampilan di atas tadi, terakhir adalah terampil tawakkal kepada Allah sebagai Penggenggam masa depan kita. Karena kita tidak lain termasuk di dalam apa yang telah diprogramkan cita-citanya oleh Allah SWT.
Akan timbul dari terampil tawakkal adalah optimis dengan apa yang dicita-citakan. Karena "Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubahnya sendiri." (QS. Ar-Ro'du: 11). Wallahu 'alam

0 komentar:

Posting Komentar